Cerpen: Pengkhianatan By: Hayfa Kamudani Kei

<p>     Part 2</p><p><br /></p><p>    Setelah menangis selama beberapa menit di toilet, aku pun keluar dari toilet. Ternyata Della sedang menunggu ku di depan toilet dengan wajah yang tampak khawatir. "Ngapain disini? Lo ngikutin gue?" tanya ku dengan jutek. "Kalo iya, kenapa? Gak boleh? Lagian lo kenapa sih? Menjauh terus!" jawab Della. Tanpa menjawab pertanyaan Della, aku pun langsung pergi menjauh dan bersembunyi. Tiba-tiba ada seorang gadis yang menghampiri ku, ternyata, itu adalah Dhea teman sekelas ku. Di kelas, dia memang tidak punya teman, semua orang menjauhi nya tanpa alasan yang tak aku ketahui.</p><p><br /></p><p>"Kamu kenapa sembunyi?" tanya Dhea dengan lembut. "Gapapa, lo ngapain disini?" tanya ku balik. "Ohh, aku emang biasa disini kok" jawab nya dengan wajah yang polos. Lalu, Dhea mengajakku pergi ke kantin, saat di kantin, aku bertemu dengan Della. Della menatap tajam Dhea, aku tidak tau alasan pasti nya kenapa Della kelihatan membenci Dhea. Pikirku, Dhea hanya lah gadis polos yang 1 tahun lebih muda dariku. Lagipula, Dhea selalu sendiri di kelas; mana mungkin dia melakukan kesalahan yang membuat Della membenci nya.</p><p><br /></p><p>Namun, dugaan ku ternyata salah besar. Justru gadis yang terlihat polos, bisa saja lebih berbahaya. Saat aku sedang di kantin bersama Dhea, tiba-tiba saja Della menumpahkan makanan panas ke rok ku yang saat itu hari senin. Tanpa meminta maaf, Della hanya tersenyum dan pergi menjauh dari ku. Aku bahkan tak tau apa yang di permasalahkan nya pada ku. Dia juga terlihat sangat membenciku, huhh, apakah permasalahan ini tak akan selesai dengan cepat?</p>

Cerpen: Pengkhianatan By: Hayfa Kamudani Kei

     Part 2     Setelah menangis selama beberapa menit di toilet, aku pun keluar dari toilet. Ternyata Della sedang menunggu ku di depan toi...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Pemilik Tas Hitam yang Ku Kagumi By: Kirana Najlaa Pramestisari Nugroho

<p>      Hari ini semua berjalan lancar, aku keluar dari ruangan kelas menuju gerbang. Aku bertemu dengan beberapa teman ku, Salisha, Kamila dan Raisha. </p><p>"Kienan! Hey!" Panggil Salisha pada ku. Aku menoleh dan tersenyum, Aku berlari ke arah mereka. Aku berbincang bincang singkat dengan mereka.</p><p><br /></p><p> Sampai Kamila mengeluarkan sebuah kalimat yang tak terduga, "Kalian tahu tidak sih, aku lagi suka sama teman sekelas ku" Kalimat itu meloncat keluar dari mulut Kamila. </p><p>"Hah?!" Aku, Salisha, dan Raisha mengucapkan kata itu secara spontan bersamaan. "Iya, Nama nya Jian". "Hah, Jian yang kemarin di hukum di lapangan?!" Aku tak sengaja memgeluarkan kalimat itu. "Enak aja! ya benar juga sih, kemarin dia di hukum" Timpal Kamila. </p><p><br /></p><p>Salisha dan Raisha langsung meledek Kamila, "Yeuu, suka kok sama cowo Berandalan!". Namun, fokus ku malah berpindah ke Lelaki yang membawa raket di tangan nya, di punggung nya terdapat Tas Hitam yang identik dengan kebanyakan Laki laki biasa nya. </p><p>Entah apa yang ku rasakan, tapi seperti nya.. ini perasaan jatuh suka. Kamila yang sadar pun langsung meledek ku, "Eh si Kienan lagi jatuh suka tuh kaya nya, bengong aja sih" Kalimat itu asal keluar dari mulut Kamila yang ceplas ceplos. "Yee, siapa juga yang jatuh suka" Aku balas perkataannya. Yang lain ikut ikut an meledek ku. Namun, kubiarkan saja, Toh Laki laki yang kusuka keliatannya lebih baik dari yang di sukai Kamila. </p><p><br /></p><p>  Itu lah, Cerita cinta pandangan pertama ku pada si Pemilik Tas Hitam.</p>

Cerpen: Pemilik Tas Hitam yang Ku Kagumi By: Kirana Najlaa Pramestisari Nugroho

      Hari ini semua berjalan lancar, aku keluar dari ruangan kelas menuju gerbang. Aku bertemu dengan beberapa teman ku, Salisha, Kamila da...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Pengkhianatan By: Hayfa Kamudani Kei

<p> Part 1</p><p><br /></p><p>Della, sahabatku satu-satunya sedari kecil. Aku sangat mempercayai dirinya. Namun, ternyata dia dalang dari semua sakit hati ku. Dengan mudahnya dia merebut kebahagiaanku satu-satunya, di saat dia tau aku tak punya siapa pun lagi selain diri nya dan apa yang ia rebut. Ini kah yang disebut sahabat? Sahabat itu orang yang tidak suka melihat kita bahagia ya? Bukan! Sahabat itu yang mendukung mu dari 0 sampai benar-benar sukses. Bukan yang iri melihat kita bahagia, bahkan dia tidak pernah mendukung apa pun yang ku raih.</p><p>Malam yang sunyi, dengan suara rintik hujan yang deras diluar jendela. Suasana yang sangat cocok untuk menangis dan menenangkan diri sendiri disaat tidak ada yang mendukung mu sama sekali. *Luna-luna, bodoh sekali aku sampai bisa terpedaya tipuan dari sahabat ku sendiri* ucap ku dalam hati. Jujur saja, untuk mempercayai hal yang tidak seharusnya terjadi itu sulit. Apalagi, yang melakukan adalah orang terdekat kita. Sejak saat itu, aku mulai mempunyai rasa tidak percaya kepada orang lain. Atau disebut trust issue.</p><p>Jam pun menunjukkan pukul 05.00, dan matahari telah menampakkan cahaya nya yang indah. Aku pun bergegas menuju ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Setelah mandi dan ber make up, aku pun melanjutkan pagi hari ku dengan sarapan. Ya, Sendirian! Karena gadis itu, semangat ku untuk menjalani hidup sudah pupus. Terkadang aku sering menangis saat melihat bingkai foto keluarga ku yang dipajang di ruang tamu dan berukuran besar. Beberapa pertanyaan yang terus membekas dipikiran ku yaitu, "Kenapa harus kalian? Dan kenapa harus orang terdekat ku yang melakukan nya?". Tapi dibalik semua itu, di sisi lain aku sudah menerima kenyataan bahwa itu sudah takdir.</p><p>Dari kejauhan, ruang kelas yang minimalis terlihat. Ya, itu adalah ruang kelas ku. Saat memasuki kelas, hal pertama yang aku lihat adalah Della. Karena memang hanya dia yang sudah datang sedari pagi. Dia menyapa ku dengan senyumannya yang palsu tanpa ada rasa bersalah sama sekali. 2 bulan yang lalu, terjadi suatu peristiwa yang sangat tidak aku harapkan. Ya, sahabat ku sendiri membunuh orang tua ku didepan mata ku sendiri. Saat itu, keadaan nya sedang mabuk, padahal dari dulu dia tidak pernah menyentuh miras sama sekali. Karena pergaulan malam nya yang membuat dia terjerumus ke dalam minuman-minuman yang haram. Dengan keadaan nya yang mabuk, dia menabrak orang tua ku, sampai orang tua ku meninggal di tempat.</p><p>Karena dia melakukan nya saat di keadaan yang mabuk, dia tidak sadar apa yang dia lakukan. Dia pun pergi begitu saja tanpa menolong kedua orang tua ku. Keesokan harinya, dia menyapaku di sekolah, namun tak ku respon. Karena kejadian semalam, aku menjadi sangat benci pada nya. Dia pun heran mengapa aku tidak menjawab sapaan dari nya itu. Ia pun menuju ke meja ku dan bertanya "Lo kenapa gak jawab pas gue sapa tadi? Marah sama gue? Why?". Dan tiba-tiba tangan ku reflek menampar wajah nya. Aku pun langsung minta maaf dan berlari menuju toilet. Di toilet aku menangis tanpa henti dan tanpa suara. Aku masih belum percaya bahwa orang tua ku meninggal dalam keadaan yang tragis.</p>

Cerpen: Pengkhianatan By: Hayfa Kamudani Kei

 Part 1 Della, sahabatku satu-satunya sedari kecil. Aku sangat mempercayai dirinya. Namun, ternyata dia dalang dari semua sakit hati ku. Den...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Di Bawah Pohon Waru By: Muhammad Zechan Akram

<p>         Di sebuah desa kecil di Jawa Timur, hiduplah seorang gadis bernama Sari. Ia dikenal sebagai penari tradisional yang luwes dan selalu membawa kebanggaan bagi desanya. Suatu hari, Pak Warto, kepala desa, memanggil Sari ke balai desa. “Sari, pekan depan kita akan mengadakan Festival Budaya. Aku ingin kau memimpin tarian Remo untuk pembukaan. Bisa?” tanya Pak Warto. Sari mengangguk penuh semangat. “Tentu, Pak! Saya akan melibatkan teman-teman agar lebih meriah.”</p><p><br /></p><p>Sari pun mengumpulkan teman-temannya di bawah pohon waru tua yang menjadi tempat berkumpul anak-anak desa. Mereka mulai berlatih bersama. Ada Raka, pemain gamelan berbakat, dan Dewi, gadis pemalu yang ingin belajar menari. “Dewi, jangan ragu. Lihat gerakan kakiku, ikuti saja,” ujar Sari sambil menunjukkan gerakan khas tarian Remo. Dewi tersenyum malu-malu tetapi perlahan mengikuti arahan Sari. Sementara itu, Raka mencoba mengatur tempo kendang. “Hei, jangan terlalu cepat, Raka!” tegur Sari sambil tertawa.</p><p><br /></p><p>Saat hari Festival tiba, warga desa berkumpul di alun-alun. Suara gamelan bergema, mengiringi langkah-langkah anggun Sari dan teman-temannya. Para penari mengenakan kostum tradisional berwarna merah dan emas, lengkap dengan selendang. Penonton bersorak saat tarian berakhir dengan gerakan menghentakkan kaki yang penuh semangat. Setelah itu, giliran kelompok ibu-ibu membawakan lagu-lagu daerah dengan iringan angklung. “Lihat, tradisi kita begitu indah, ya,” bisik seorang warga pada anaknya.</p><p><br /></p><p>Namun, di tengah kegembiraan, sebuah kejadian kecil terjadi. Dewi tersandung selendangnya dan hampir terjatuh. Namun, Sari dengan sigap memegangnya. “Tak apa, Dewi. Kamu sudah melakukan yang terbaik,” kata Sari sambil tersenyum. Warga pun memberikan tepuk tangan lebih keras sebagai bentuk dukungan. Kejadian itu justru membuat suasana semakin hangat.</p><p><br /></p><p>Festival ditutup dengan makan bersama di balai desa. Hidangan tradisional seperti nasi tumpeng, pecel, dan kue apem disajikan. Pak Warto berdiri dan berkata, “Kita harus menjaga kebudayaan kita ini. Tradisi adalah warisan yang harus kita jaga untuk generasi mendatang.” Semua orang mengangguk setuju, sementara Sari dan teman-temannya saling bertukar senyum bangga. Di bawah pohon waru, mereka tahu, kebudayaan akan terus hidup melalui tangan-tangan muda seperti mereka.</p>

Cerpen: Di Bawah Pohon Waru By: Muhammad Zechan Akram

         Di sebuah desa kecil di Jawa Timur, hiduplah seorang gadis bernama Sari. Ia dikenal sebagai penari tradisional yang luwes dan selal...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Usaha Tidak Mengkhianati Hasil By: Amira Salma

<p>         Aiyra ingin sekali kuliah dengan jurusan Biologi, tetapi ia tidak mempunyai uang untuk biaya sekolah nya sekarang Aiyra menduduki bangku 2 SMA. Aiyra sudah kehilangan kedua orang tua nya sejak kecil, dia di asuh nenek nya. Tetapi seiring waktu nenek jatuh sakit parah ia terpaksa jualan keliling demi mendapatkan uang untuk neneknya. Aiyra sering bolos sekolah untuk merawat sang nenek, tapi dia tidak ada niatan untuk sengaja meskipun begitu Aiyra tidak melupakan untuk membaca buku agar ia bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Aiyra belajar dengan giat walaupun waktu nya kurang cukup untuk belajar karena harus jualan keliling. Dengan usaha Aiyra yg sangat besar sang guru memperhatikan Aiyra yang kadang tidak istirahat pada waktunya, ia memilih untuk belajar, di situlah Aiyra semakin berkembang dia menjadi anak pintar yang selalu mendapatkan ranking satu. </p><p>Ia bersyukur bisa seperti ini, ia semakin berusaha dan tidak putus asa. Aiyra berjualan keliling menjual minuman segar yang untungnya banyak yang membeli. Akhirnya Aiyra bisa membawa nenek nya ke rumah sakit dengan biaya yang lumayan besar dari uang usaha nya dan tabungannya. </p><p>2 tahun kemudia Aiyra mendapatkan bantuan dari kepala sekolahnya dan bisa melanjutkan pendidikan tinggi nya tanpa membayar satu persen pun. Ia memasuki jurusan Biologi, nenek Aiyra sangat bangga. Aiyra berhasil meraih cita-cita nya itu </p><p>Dari sini kita belajar tidak ada kata gagal untuk menggapai cita-cita</p>

Cerpen: Usaha Tidak Mengkhianati Hasil By: Amira Salma

         Aiyra ingin sekali kuliah dengan jurusan Biologi, tetapi ia tidak mempunyai uang untuk biaya sekolah nya sekarang Aiyra menduduki b...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Jejak di Hutan By: Habib Ijhim

<p>             Pada suatu pagi yang cerah, Rina memutuskan untuk berjalan-jalan di hutan dekat rumahnya. Ia sering mendengar cerita-cerita misterius tentang hutan itu dari orang-orang tua di desa, namun rasa penasaran membuatnya ingin membuktikan apakah semua itu benar. Dengan membawa ransel kecil berisi makanan dan air, ia melangkah masuk ke dalam hutan yang lebat dan penuh dengan pepohonan tinggi.</p><p><br /></p><p>Semakin dalam ia berjalan, suasana di dalam hutan mulai terasa berbeda. Udara yang segar kini berganti dengan hawa yang agak lembap, dan suara burung yang biasa terdengar, kini menjadi sunyi. Rina merasa ada yang aneh, namun ia tetap melanjutkan langkahnya, berusaha tidak memikirkan hal-hal yang tidak masuk akal. Tiba-tiba, ia melihat sebuah jejak kaki besar yang tertinggal di tanah lembab.</p><p><br /></p><p>Rina merasa semakin cemas, namun rasa ingin tahu mengalahkan ketakutannya. Jejak itu tampak seperti milik binatang besar, mungkin beruang atau binatang hutan lainnya. Dengan hati-hati, ia mengikuti jejak tersebut. Semakin lama jejak itu semakin dalam ke dalam hutan, seolah mengarah pada suatu tempat yang jauh dan terlupakan. Namun, di tengah perjalanan, Rina mendengar suara langkah kaki di belakangnya.</p><p><br /></p><p>Rina segera berbalik, dan betapa terkejutnya ia ketika melihat seekor hewan besar dengan bulu cokelat keemasan berdiri di hadapannya. Itu adalah seekor serigala besar dengan mata yang tajam. Namun, alih-alih merasa takut, Rina merasakan kedamaian aneh di dalam dirinya. Serigala itu tidak menyerang, malah berdiri diam seolah menunggu sesuatu.</p><p><br /></p><p>Tiba-tiba, serigala itu berbalik dan berjalan menuju sebuah gua di dalam hutan. Rina, yang merasa aneh namun tertarik, mengikuti hewan itu. Ketika sampai di dalam gua, Rina menemukan sesuatu yang mengejutkan—sebuah lukisan kuno di dinding gua yang menggambarkan serigala dan manusia yang hidup berdampingan. Rina tersadar bahwa hutan ini menyimpan rahasia yang telah terlupakan oleh waktu. Ia pun berjanji untuk menjaga dan merawat hutan ini, agar kisah kuno itu tidak hilang begitu saja.</p>

Cerpen: Jejak di Hutan By: Habib Ijhim

             Pada suatu pagi yang cerah, Rina memutuskan untuk berjalan-jalan di hutan dekat rumahnya. Ia sering mendengar cerita-cerita mis...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Sahabat palsu By: Hayfa Kamudani Kei

<p>Part 3</p><p><br /></p><p>     Selang beberapa bulan, persahabatan mereka berdua semakin akrab. Sampai-sampai Elena mulai melupakan luka yang dibuat Erika dan Eva. "Lyn, makasih ya kamu udah mau jadi sahabat aku sampai sekarang!" "Iyaa, semoga kita bisa sahabatan sampai lulus yaa Elena!!". Ternyata, dari kejauhan, Erika sedang memperhatikan percakapan mereka berdua. Dalam hati Erika sebenarnya ada rasa iri dan cemburu karena melihat sahabatnya yang dulu direbut oleh gadis yang baru dikenal Elena.</p><p><br /></p><p>Erika mulai menyesal karena telah menjauhi Elena dengan alasan munculnya Eva di persahabatan mereka. Erika terus memandangi Elena dan Lyn yang tengah asyik mengobrol di balkon depan kelas. Tiba-tiba, Eva menghampiri Erika dan mengajaknya untuk masuk kelas. Namun, Erika meng iyakan dengan wajah cemberutnya. Eva pun heran melihat Erika masuk ke kelas dengan raut wajah yang muram.</p><p><br /></p><p>"Erika! Kamu kenapa? Lagi sakit ya?" tanya Eva. "Oh enggak ,gapapa kok" jawab Erika dengan senyum terpaksa. Saat pelajaran B.K. dimulai, guru B.K. pun menyuruh seluruh siswa untuk berkata "Maaf, tolong, dan terima kasih" kepada siapapun. Erika yang mendengar hal itu pun mengambil kesempatan untuk meminta maaf kepada Elena. *Yes, kalau gitu aku bia minta maaf ke Elena, terus kita bisa main bareng lagi deh* ucap Erika dalam hati.</p><p><br /></p><p>Erika pun menuju meja Elena, saat itu Lyn sedang ke toilet dan Elena sedang duduk sendirian di kursinya. Awalnya ia ragu-ragu, namun tekadnya sudah bulat untuk meminta maaf kepada Elena. "Elena, i'm sorry.." ucap Erika "Ha? Kenapa minta maaf? Emang kamu salah apa?" jawab Elena kebingungan. "Aku udah jauhin kamu tanpa sebab" "Oh soal itu, gapapa kok, aku juga udah maafin". </p><p><br /></p><p>Lalu Lyn pun duduk kembali dikursi nya dan melihat Erika sedang mengobrol dengan Elena. Dan tak sengaja dia mendengar percakapan mereka berdua. "Loh? Erika kenapa minta maaf?" tanya Lyn dengan rasa penasaran nya. "Gak tau tuh, tiba-tiba dia minta maaf ke aku" "Ihh Elena kok kamu pura-pura gatau sih!" jawab Erika dengan kesal. "Haha, bercanda kok. Aku udah maafin kamu dari lama" Erika pun merasa lega. Dan mereka bertiga pun kembali bersahabat tanpa ada nya Eva. Sekarang, Eva hanya sendirian tanpa teman, karena ulah nya yang menyebabkan rusak nya persahabatan Erika dan Elena. Dia pun di jauhi oleh teman sekelas nya. </p><p><br /></p><p>Tamat.</p>

Cerpen: Sahabat palsu By: Hayfa Kamudani Kei

Part 3      Selang beberapa bulan, persahabatan mereka berdua semakin akrab. Sampai-sampai Elena mulai melupakan luka yang dibuat Erika dan ...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Penyesalan By: Amira Salma

<p>       Yara si anak yang hanya ingin hidup enak enak saja tetapi dibalik itu ada seorang Ayah yg susah payah menafkahi nya. Ia hanya mempunyai Ayah karena ibunya sudah meninggal 1 tahun yang lalu.</p><p>Yara selalu menyiksa Ayah nya, menghina Ayahnya dan juga </p><p>Yara selalu mengatakan sibuk,sibuk dan sibuk padahal kegiatan sehari nya hanya bermain, keluar, makan makan, tapi kalau sudah di suruh oleh Ayahnya pasti dia akan banyak alasan. Padahal juga duit itu adalah penghasilan dari Ayahnya yang berkerja menjadi petani.</p><p>Sampai dimana hal yang tidak Yara inginkan terjadi </p><p>Ini lah cerita Yara Afiya.</p><p>Saat itu Yara sedang main hp sambil tiduran, dia tidak ada keinginan untuk membantu Ayahnya beberes rumah, Ayahnya selalu sabar menanggapi kelakuan anaknya. "Yaraa.. Bantu Ayahmu nak," Yara hanya pura pura tidak mendengarkan. "Yara.. Ayah pergi dulu untuk berkerja" ujar sang ayah </p><p>"Yaa pergilah carikan duit yang banyak lalu berikan kepada ku!" ujar durhaka sang anak. </p><p>Ayah Yara selalu meminta hidayah ke yang Maha Kuasa untuk Yara agar dia bisa lebih baik lagi.</p><p>"Akh! Apa apaan nih makanan cuman tempee doang" ujar Yara yg melihat meja makan waktu sudah siang dia ingin makan. "Males bgt punya bapak miskin, mending gw keluar jalan jalan," Yara pun bergegas untuk pergi meninggalkan rumah. "Eh iya duit dari mana gw buat makan makan enak," Yara berfikir keras bagaimana mendapatkan uang "Ohh ambil di lemari Ayah aja" Yara pergi ke lemari sang Ayah dan mengambil uang lalu menaruh uang itu ke tas nya yg sejumlah 500rb.</p><p>Di sisi lain sang Ayah sedang berkerja payah untuk menafkahi sang anak durhaka, dia masih menyayangi anaknya walupun kelakuannya seperti itu.</p><p>Waktu sudah sore sang Ayah bergegas untuk pulang ke rumah. Saat ia sudah sampai rumah melihat tidak ada siapa siapa pun di rumah, makanan tidak disentuh, sedih rasanya sedih mempunyai anak seperti ini..</p><p>"Ya Tuhan tolong berikan jalan petunjuk untuk anakku.."</p><p>Di saat itu Yara sedang asik asik nya memakan makanan enak dan tertawa bersama temannya, dan melihat jam di hp nya ternyata sudah menunjukkan jam 8 malam, ia bersiap untuk pulang karena sudah mengantuk.</p><p>Ia memesan taxi online dan pulang. Di tengah tengah perjalanan mobil taxi itu rem blong ditambah hujan petir yang dahsyat dan terjadilah peristiwa kecelakaan yang terjadi pada Yara. Sang Ayah dirumah sedang menunggu sang putri nya pulang kerumah sampai larut malam jam 12 malam tak kunjung datang kerumah. Ia takut ada hal hal yg tidak di inginkan terjadi, akhirnya sang Ayah tidak panik lagi karena mendengar suara komunikasi orang didepan rumah nya tetangga dirumah, tetapi tidak ada suara putrinya? Tanpa lama sang Ayah keluar menemui orang orang yang sudah menunggu diluar rumah nya. Lalu ada 1 tetangga yang memberi informasi jika anaknya dirumah sakit mengalami kecelakaan. Sang Ayah sontak kaget dan lemas ia meminta di antarkan kerumah sakit. Sesampainya disana ia melihat putri nya yg sedang di perban, lalu menghampiri. Sang putri menangis tidak menyangka ayahnya datang kepada nya, ia langsung meminta maaf dan menyesali perbuatannya itu berulang kali. Sampai Ayah nya menangis. Sang putri berbicara kalau dia menyesal karena perbuat jahat kepada ayahnya selalu mengabaikan nya, "A-Ayahh.. aku minta maaf aku selalu merepotkan mu maaf kan aku ayah.. Aku adalah anak durhaka, Ayah dan Tuhan pantas menghukum ku.." ujar Yara Denga suara terbata bata karena sesak nafas</p><p>"Tidak nak, Tidak ada yang salah untuk mu nak.." ujar sang Ayah. "Ayah.. maaf kan aku Ayah, Terimakasih sudah menjadi Ayah yang baik.." ujar sang Yara dan menghembuskan nafas terakhirnya. Sang Ayah menangis dan menjerit melihat putri nya telah tiada di pelukannya ia tidak mau hal ini terjadi walaupun Yara adalah anak yang durhaka. Seminggu kepergian Yara</p><p>Sang Ayah selalu mendoakan yang terbaik untuk Yara</p><p>Semua telah usai..</p><p>Yara meninggal karena perbuatannya yang sangat tidak pantas, Yara di hukum Tuhan karena perbuatannya, ia tidak tenang di alam kubur sana.</p><p>Dari sini kita belajar untuk menghargai orang tua kita, jangan sampai kita menyesal dan terlambat sebelum membahagiakan mereka.</p>

Cerpen: Penyesalan By: Amira Salma

       Yara si anak yang hanya ingin hidup enak enak saja tetapi dibalik itu ada seorang Ayah yg susah payah menafkahi nya. Ia hanya mempuny...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Liburan sekolah By: Habib Ijhim

<p>     Liburan sekolah akhir tahun selalu membawa kegembiraan tersendiri, terutama karena tradisi kami untuk menghabiskannya di rumah nenek. Nenek tinggal di sebuah desa kecil yang jauh dari keramaian kota, dan setiap kali liburan tiba, kami, bersama keluarga besar, memutuskan untuk berkumpul di sana.</p><p><br /></p><p>Perjalanan ke rumah nenek selalu penuh antusiasme. Kami melewati jalan pedesaan yang dihiasi oleh pepohonan hijau dan sawah yang berombak. Begitu sampai di sana, suasana damai desa langsung menyambut kami. Rumah nenek adalah tempat yang penuh kenangan, dengan halaman luas di depannya dan bunga-bunga yang bermekaran di sekitar.</p><p><br /></p><p>Hari pertama di rumah nenek selalu diisi dengan kegiatan membersihkan dan menata. Bersama sepupu-sepupu, kami membersihkan halaman, menyirami bunga, dan membersihkan ruang keluarga. Nenek selalu dengan senang hati memberikan petunjuk dan cerita-cerita masa lalu yang membuat atmosfer semakin hangat.</p><p><br /></p><p>Salah satu kegiatan favorit kami adalah menjelajahi sekitar desa bersama. Nenek selalu menjadi pemandu terbaik, bercerita tentang sejarah desa, dan menunjukkan tempat-tempat menarik. Setiap sudut desa memiliki kisah tersendiri, dan kami menyukai setiap detil yang diceritakan nenek.</p><p><br /></p><p>Puncak liburan terjadi saat malam hari. Rumah nenek penuh dengan aroma masakan khasnya yang lezat. Suara ketawa riang keluarga, canda tawa, dan aroma makanan yang menggugah selera menciptakan suasana yang hangat. Setelah makan malam, kami berkumpul di ruang keluarga untuk bercerita dan bermain permainan keluarga tradisional.</p>

Cerpen: Liburan sekolah By: Habib Ijhim

     Liburan sekolah akhir tahun selalu membawa kegembiraan tersendiri, terutama karena tradisi kami untuk menghabiskannya di rumah nenek. N...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Berdamai dengan masa lalu By: Kirana Najlaa Pramestisari Nugroho

<p>       Satu hal yang terlihat mudah namun susah di lakukan, Berdamai dengan masa lalu. Ya, berdamai dengan masa lalu tidak semudah itu bukan?</p><p><br /></p><p>Claire Aristella, Wanita yang berada di umur 22 ini hidup di San Francisco, California. Ia belum bisa melupakan Mantan Kekasih nya, Josh Wilhelm. Josh mengkhianati hubungan mereka, Claire tentu kecewa. Sekarang keadaan Claire masih tidak baik. Kecewa, Sedih, Benci, Dendam, Namun masih Cinta. Jika waktu bisa di putar kembali, Claire tidak akan memilih untuk bertemu Josh. </p><p><br /></p><p>  Claire berada di keadaan bingung dan sedih, memilih untuk menuangkan perasaan dan pikirannya pada kanvas putih polos. Mungkin, hari ini kanvas itu masih belum terbentuk lukisan apapun, hanya warna warna yang membalut kanvas itu. Namun, suatu hari nanti, pasti akan menjadi sebuah mahakarya. Claire melanjutkan lukisan itu hanya ketika ia memiliki waktu luang, sekarang Claire masih menjadi karyawan di sebuah Perusahaan yang cukup besar. </p><p><br /></p><p>  Waktu terus berjalan, Claire Bertemu Josh di pusat perbelanjaan di San Francisco saat Ia hendak berbelanja. Namun, Josh tak sendiri. Josh bersama dengan Kekasih baru nya, Entah siapa itu. Claire menundukkan kepala nya, melewati Josh dan Kekasih baru nya. Sedih? Sakit hati? Cemburu? Dendam? Semua nya, Iya. Namun, Ia sadar bahwa ia tak punya hak apapun untuk cemburu, Hanya mantan kekasih kan? Sudah bukan kekasih nya lagi?. Claire bergegas menyelesaikan waktu berbelanja nya, Tak ingin berlama lama melihat Josh dan Kekasih baru nya, Membakar hati rasa nya.</p><p><br /></p><p>  Claire berjalan ke Apartemen nya setelah membayar, Otak nya selalu memutar ulang kejadian saat ia melihat Josh dan kekasih baru nya. Claire buru buru membuka kunci pintu Apartemennya, Ia masuk ke dalam Apartemennya. Ia langsung membuat se gelas teh hangat, untuk menenangkan pikirannya. Ia duduk di balkon, meneguk teh hangat nya. Ia kuat kan pikirannya yang ingin move on. </p><p><br /></p><p>  Hari berganti hari, Waktu berjalan, Claire mulai melakukan detail detail kecil pada lukisannya. Mulai dari Buket bunga putih, Sepeda, Es krim, Jembatan Golden gate, dan hal lain yang membuat nya ingat tentang Josh. Namun, Semakin lama juga Ia mulai melupakan Josh. Mulai mencintai diri nya sendiri, apa ada nya. Urusan ia akan mendapat laki laki yang lebih baik atau tidak, Nanti saja.</p><p><br /></p><p>  Suatu hari, Saat lukisannya telah selesai, Ia mencoba untuk menaruh Lukisannya di toko jual beli lukisan. 1 hari.. 2 hari.. belum ada yang membeli, Ya sudah lagipula ia hanya iseng. Satu minggu berlalu, Seorang Aktor membeli lukisannya dengan harga yang Fantastis. Aktor itu menaruh Foto dari lukisan Claire di Story Instagram pribadi nya. Membuat lukisannya viral, Ia pun memberani kan diri untuk menjual lukisan lukisan lainnya.</p><p><br /></p><p>  Ia berakhir menjadi seorang pelukis terkenal, Ia keluar dari pekerjaannya, beralih sepenuh nya pada dunia melukis. </p><p><br /></p><p>  Di balik sebuah kesedihan, Pasti akan ada kebahagiaan yang menunggu mu.</p>

Cerpen: Berdamai dengan masa lalu By: Kirana Najlaa Pramestisari Nugroho

       Satu hal yang terlihat mudah namun susah di lakukan, Berdamai dengan masa lalu. Ya, berdamai dengan masa lalu tidak semudah itu bukan...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Bandung By: Muhammad Zechan Akram

<p>        Di tengah kesibukan sekolah di Jakarta, Vanessa, seorang siswi pindahan dari Bandung, bertemu dengan Novan saat mereka dipasangkan untuk proyek sejarah. Pada awalnya, mereka hanya bertukar senyum singkat, tetapi hubungan mereka mulai terbentuk ketika mereka harus sering bertemu di perpustakaan.</p><p><br /></p><p>"Jadi, kamu asli Bandung?" tanya Novan sambil menatap Vanessa yang tengah membuka buku sejarah.</p><p><br /></p><p>"Iya, baru pindah ke Jakarta sebulan lalu. Awalnya, aku agak kaget sih, suasana di sini beda banget," jawab Vanessa dengan senyum kecil.</p><p><br /></p><p>"Jakarta memang nggak pernah tidur. Tapi... ya, ada banyak hal seru juga di sini," balas Novan. Vanessa merasakan kehangatan dalam ucapannya, meskipun Novan biasanya pendiam.</p><p><br /></p><p>Beberapa minggu kemudian, setelah proyek mereka selesai, Novan mengajak Vanessa ke Kota Tua Jakarta. Mereka berjalan-jalan di sekitar museum, sambil mengagumi bangunan tua yang bersejarah.</p><p><br /></p><p>"Kamu tahu nggak, ini pertama kalinya aku benar-benar menikmati Jakarta?" kata Vanessa dengan senyum yang tulus.</p><p><br /></p><p>"Aku senang kamu suka. Mungkin kamu butuh teman lokal biar lebih nyaman di sini," sahut Novan sambil tersenyum, sedikit malu.</p><p><br /></p><p>"Aku senang punya kamu sebagai ‘teman lokal’ itu," balas Vanessa sambil tertawa.</p><p><br /></p><p>Di akhir pekan berikutnya, Vanessa mengundang Novan untuk berkunjung ke Bandung. Setibanya di sana, mereka menjelajahi Jalan Braga dan menikmati sore di Taman Hutan Raya. Ketika mereka duduk di bangku taman, Vanessa menghela napas dan tersenyum pada Novan.</p><p><br /></p><p>"Ini, nih, yang aku kangenin dari Bandung udaranya, ketenangannya," kata Vanessa sambil menikmati pemandangan hijau di sekitarnya.</p><p><br /></p><p>"Bandung indah banget, ya," jawab Novan, menatap Vanessa yang terlihat bahagia.</p><p><br /></p><p>Mereka terdiam sejenak, saling menikmati kehadiran satu sama lain. Saat mereka akan berpisah di stasiun kereta, Vanessa tersenyum kecil, menatap Novan.</p><p><br /></p><p>"Terima kasih, Novan, sudah mau datang ke kotaku. Mungkin Jakarta nggak akan terlalu terasa asing lagi karena aku punya teman seperti kamu," ucap Vanessa tulus.</p><p><br /></p><p>"Aku juga senang bisa mengenal Bandung dan, ya… bisa dekat sama kamu," balas Novan dengan senyum malu-malu.</p><p><br /></p><p>Mereka tahu, Jakarta dan Bandung adalah dua kota yang berbeda, tetapi kenangan yang mereka buat bersama di dua kota itu telah menyatukan hati mereka. Bagi Vanessa dan Novan, jarak tidak akan memisahkan cinta yang sederhana namun tulus ini.</p>

Cerpen: Bandung By: Muhammad Zechan Akram

        Di tengah kesibukan sekolah di Jakarta, Vanessa, seorang siswi pindahan dari Bandung, bertemu dengan Novan saat mereka dipasangkan u...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Di Ujung Jalan By: Habib Ijhim

<p>     Di sebuah desa kecil, terdapat jalan setapak yang sering dilalui oleh warga. Jalan itu menghubungkan desa dengan hutan di sekitarnya, dan di ujung jalan, terdapat sebuah pohon besar yang menjadi tempat berkumpul. Setiap sore, anak-anak bermain di bawah naungan pohon itu, sementara orang dewasa berbincang tentang kehidupan sehari-hari.</p><p><br /></p><p>Suatu hari, seorang pemuda bernama Rudi menemukan sebuah buku tua yang terjatuh di dekat pohon tersebut. Buku itu terlihat usang, dengan halaman yang hampir sobek. Ketika Rudi membukanya, ia mendapati bahwa buku itu berisi cerita-cerita rakyat yang sudah lama terlupakan. Tertarik, ia memutuskan untuk membacanya di depan anak-anak yang berkumpul.</p><p><br /></p><p>Anak-anak mendengarkan dengan penuh perhatian saat Rudi membacakan cerita-cerita dari buku tersebut. Mereka tertawa, berdebat, dan bahkan berimajinasi tentang tokoh-tokoh yang ada dalam cerita. Rudi merasa senang melihat kebahagiaan di wajah anak-anak. Ia pun menyadari bahwa cerita-cerita ini memiliki kekuatan untuk menyatukan orang-orang.</p><p><br /></p><p>Sejak saat itu, Rudi rutin mengadakan sesi bercerita di bawah pohon besar itu. Warga desa mulai berdatangan, tertarik untuk mendengarkan kisah-kisah yang telah lama hilang. Dengan demikian, pohon itu tidak hanya menjadi tempat berkumpul, tetapi juga menjadi pusat kebudayaan yang menghidupkan kembali warisan leluhur.</p><p><br /></p><p>Di ujung jalan setapak, di bawah pohon besar yang sama, Rudi dan warga desa kini merayakan tradisi baru. Mereka saling berbagi cerita dan pengalaman, mengingat pentingnya saling mendengarkan. Kehangatan yang tercipta di sana menjadi ikatan yang tak terpisahkan bagi seluruh warga desa, mengubah jalan setapak itu menjadi simbol persatuan dan kebersamaan.</p>

Cerpen: Di Ujung Jalan By: Habib Ijhim

     Di sebuah desa kecil, terdapat jalan setapak yang sering dilalui oleh warga. Jalan itu menghubungkan desa dengan hutan di sekitarnya, d...

Baca selengkapnya »

Cerpen: Misi Louis ke Bulan Merah By: Isma Ulfia Kausari

<p>        Pada suatu hari di sebuah kerajaan. Aetherlyn, yang terletak di tepi alam semesta, di kerajaan Aetherlyn terkenal dengan pemandangan yang sangatt indah,terdapat air suci denga air terjun yang berwarna hijau dengan campuran biru dan ungu,terdapat rumput² yang dipenuhi jamur yang beraneka ragam,banyak gunung es disana, terdapat Aurora jika malam hari, dan langit disana sangattt indah, langitnya dihiasi 2 bulan yang sangat cantik, Bulan pertama, dikenal sebagai Bulan Perak, membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi seluruh kerajaan dan warga² sekitar. Namun, bulan kedua, yang disebut Bulan Merah, hanya muncul setiap tiga ribu tahun sekali dan membawa kegelapan serta kekuatan jahat yang mengancam seluruh dunia.</p><p><br /></p><p>Legenda mengatakan bahwa setiap kali Bulan Merah muncul, seorang pahlawan dari kerajaan Aethelyn, harus menjalani misi yang berbahaya untuk menyegel kekuatan jahat tersebut dan menyelamatkan dunia. Kali ini, yang terpilih adalah seorang pemuda pemberani bernama Louis, seorang prajurit muda yang dipercayai/dikenal karena keberanian,kecerdasan dan hatinya yang murni.</p><p><br /></p><p>akhirnya setelah tiga ribu tahun bulan merah itu mulai bersinar, tanda-tanda kehancuran mulai terlihat di seluruh negeri. dari kehancuran yang kecil sampai yang besar, Tanaman layu, hewan-hewan menjadi buas, tanah yang kering,susah untuk mendapatkan makanan pokok dan bayangan gelap yang jahat mulai menyelimuti kerajaan. Louis, bersama dengan sekelompok kecil sahabatnya ada Dave,Daniel,Charles, untuk memulai perjalanan menuju Bulan Merah untuk menyelesaikan misi mereka.</p><p><br /></p><p>Perjalanan ke Bulan Merah penuh dengan rintangan yang sangat berat. Mereka harus melewati Hutan Gelap yang dipenuhi oleh roh-roh jahat dan bayangan hitam yang menakutkan, menyeberangi Lautan Bintang yang penuh dengan makhluk-makhluk mitos, dan mendaki Gunung Terlarang di mana gerbang ke Bulan Merah itu berada. Di setiap langkah, mereka menghadapi musuh yang semakin kuat dan ujian yang menguji keberanian serta kesetiaan mereka.</p><p><br /></p><p>Namun, komplikasi terbesar terjadi ketika mereka akhirnya mencapai Bulan Merah. Di sana, mereka bertemu dengan sosok bayangan bernama Angmar, yang merupakan penjaga kekuatan jahat dari Bulan Merah. Angmar ternyata memiliki kekuatan untuk mengubah dan mengendalikan pikiran dan hati seseorang, membuat mereka berbalik melawan sahabat mereka sendiri.</p><p><br /></p><p>Angmar Saat mencoba mempengaruhi Louis, Louis mulai meragukan misinya itu dan bertanya-tanya apakah ia benar-benar mampu menyelamatkan dunia. Bahkan sahabat-sahabatnya mulai terpecah karena pengaruh kegelapan. Ini adalah momen kritis di mana Louis harus memutuskan antara menyerah pada kegelapan atau terus maju meskipun semua harapan tampak hilang.</p><p><br /></p><p>Dalam detik-detik terakhir, Louis mengingat ajaran orang tuanya dan nasihat dari para bijak dan guru di kerajaan. Ia sadar bahwa kegelapan hanya bisa dikalahkan dengan cahaya dari dalam dirinya sendiri. Dengan kekuatan hati yang baru ia ditemukan, Louis mengusir pengaruh Angmar di dalam dirinya dan sahabat" nya dan menyatukan kembali kelompoknya.</p><p><br /></p><p>Mereka berkerja sama untuk melawan Angmar dan akhirnya mereka berhasil menyegel kekuatan jahat Bulan Merah dengan menggunakan artefak kuno yang mereka bawa dari kerajaan. Saat segel tersebut aktif, Bulan Merah tersebut mulai pudar dan kembali ke peredarannya yang normal. Kekuatan jahat perlahan-lahan menghilang, dan kedamaian kembali ke kerajaan Aetherlyn.</p><p><br /></p><p>Louis dan sahabat-sahabatnya kembali ke Aetherlyn sebagai pahlawan. orang tua mereka sangat bangga pada mereka, Mereka dihormati atas keberanian dan keteguhan hati mereka dalam menghadapi kegelapan. Bulan Merah, yang kini kembali ke tidur panjangnya, tidak lagi menakutkan, karena rakyat Aetherlyn tahu bahwa mereka memiliki pahlawan-pahlawan yang akan selalu siap melindungi mereka.</p>

Cerpen: Misi Louis ke Bulan Merah By: Isma Ulfia Kausari

        Pada suatu hari di sebuah kerajaan. Aetherlyn, yang terletak di tepi alam semesta, di kerajaan Aetherlyn terkenal dengan pemandangan...

Baca selengkapnya »