Part 1
Della, sahabatku satu-satunya sedari kecil. Aku sangat mempercayai dirinya. Namun, ternyata dia dalang dari semua sakit hati ku. Dengan mudahnya dia merebut kebahagiaanku satu-satunya, di saat dia tau aku tak punya siapa pun lagi selain diri nya dan apa yang ia rebut. Ini kah yang disebut sahabat? Sahabat itu orang yang tidak suka melihat kita bahagia ya? Bukan! Sahabat itu yang mendukung mu dari 0 sampai benar-benar sukses. Bukan yang iri melihat kita bahagia, bahkan dia tidak pernah mendukung apa pun yang ku raih.
Malam yang sunyi, dengan suara rintik hujan yang deras diluar jendela. Suasana yang sangat cocok untuk menangis dan menenangkan diri sendiri disaat tidak ada yang mendukung mu sama sekali. *Luna-luna, bodoh sekali aku sampai bisa terpedaya tipuan dari sahabat ku sendiri* ucap ku dalam hati. Jujur saja, untuk mempercayai hal yang tidak seharusnya terjadi itu sulit. Apalagi, yang melakukan adalah orang terdekat kita. Sejak saat itu, aku mulai mempunyai rasa tidak percaya kepada orang lain. Atau disebut trust issue.
Jam pun menunjukkan pukul 05.00, dan matahari telah menampakkan cahaya nya yang indah. Aku pun bergegas menuju ke kamar mandi dan bersiap untuk berangkat ke sekolah. Setelah mandi dan ber make up, aku pun melanjutkan pagi hari ku dengan sarapan. Ya, Sendirian! Karena gadis itu, semangat ku untuk menjalani hidup sudah pupus. Terkadang aku sering menangis saat melihat bingkai foto keluarga ku yang dipajang di ruang tamu dan berukuran besar. Beberapa pertanyaan yang terus membekas dipikiran ku yaitu, "Kenapa harus kalian? Dan kenapa harus orang terdekat ku yang melakukan nya?". Tapi dibalik semua itu, di sisi lain aku sudah menerima kenyataan bahwa itu sudah takdir.
Dari kejauhan, ruang kelas yang minimalis terlihat. Ya, itu adalah ruang kelas ku. Saat memasuki kelas, hal pertama yang aku lihat adalah Della. Karena memang hanya dia yang sudah datang sedari pagi. Dia menyapa ku dengan senyumannya yang palsu tanpa ada rasa bersalah sama sekali. 2 bulan yang lalu, terjadi suatu peristiwa yang sangat tidak aku harapkan. Ya, sahabat ku sendiri membunuh orang tua ku didepan mata ku sendiri. Saat itu, keadaan nya sedang mabuk, padahal dari dulu dia tidak pernah menyentuh miras sama sekali. Karena pergaulan malam nya yang membuat dia terjerumus ke dalam minuman-minuman yang haram. Dengan keadaan nya yang mabuk, dia menabrak orang tua ku, sampai orang tua ku meninggal di tempat.
Karena dia melakukan nya saat di keadaan yang mabuk, dia tidak sadar apa yang dia lakukan. Dia pun pergi begitu saja tanpa menolong kedua orang tua ku. Keesokan harinya, dia menyapaku di sekolah, namun tak ku respon. Karena kejadian semalam, aku menjadi sangat benci pada nya. Dia pun heran mengapa aku tidak menjawab sapaan dari nya itu. Ia pun menuju ke meja ku dan bertanya "Lo kenapa gak jawab pas gue sapa tadi? Marah sama gue? Why?". Dan tiba-tiba tangan ku reflek menampar wajah nya. Aku pun langsung minta maaf dan berlari menuju toilet. Di toilet aku menangis tanpa henti dan tanpa suara. Aku masih belum percaya bahwa orang tua ku meninggal dalam keadaan yang tragis.
Posting Komentar
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.