Tak tak tak
Suara ketukan keyboard yang tersamarkan karena tak sedikit orang yang berbicara di dalam cafe tersebut. Seorang pria yang terduduk di tengah keramaian cafe sembari mengetuk keybordnya berkali-kali, terkadang meminum kopinya yang ada di sebelah laptopnya.
"Haahh..." Pria tersebut menghela nafasnya,
"Akhirnya selesai juga bab ini, tinggal ngerjain bab terakhir lalu tinggal buat epilog. Nanti aja kerjainnya deh, sekarang mau pulang dulu." Pria itu mengakhiri monolognya dengan menghabiskan segelas kopinya seraya menutup layar laptopnya dan berjalan ke luar cafe.
Saat pria tersebut ingin menyebrang jalan menuju rumah, seketika sebuah truk peti kemas melaju dengan cepat saat lampu berganti berwarna merah.
Ckiitt!
Pria tersebut tertabrak oleh truk peti kemas yang melaju dengan cepat.
"Eh ada apa tuh?"
"Ada yang tertabrak! Bantu cepat!"
"Panggil ambulan!"
Semua orang yang ada di sekitar, tertuju pada kecelakaan tersebut. Beberapa orang membawa pria tersebut ke tempat yang lebih aman, dan salah satu orang menelpon ambulan agar cepat ditangani.
Pria itu telah di rawat dirumah sakit dengan waktu yang sangat lama. Sekitar 9 bulan lamanya tertidur di rumah sakit.
Hingga 9 bulan kemudian..
Biip biip biip
Suara mesin elektrokardiograf yang terus menyala 9 bulan lamanya untuk mengetahui kondisi detak jantung pria tersebut. Mata dari pria itu terbuka perlahan dan berkedip secara perlahan.
"Aku.. dimana..? Dimana aku?" Batin pria tersebut.
"Ja? Afja?! Kamu sudah sadar, Afja?! Dokter!!" Seseorang memanggil namanya. Kemudian seorang dokter memasuki ruangannya dan memeriksa kondisi Afja.
"Kondisi anak ibu mulai membaik dan sudah sepenuhnya sadar. Mungkin butuh beberapa hari lagi untuk pengecekan kondisi, dan setelah itu diperbolehkan kembali ke rumah."
Samar - samar, Afja Rashif mendengarkan suara di sekitarnya, ia masih bingung mengapa ia ada di rumah sakit dan mengapa ia di rawat.
"Baik dok, terimakasih banyak." Dokter pun pergi keluar ruangan.
"Bunda..?" Afja mencoba berbicara perlahan.
"Iya nak, akhirnya kamu sudah sadar.. bunda sangat senang." Bunda meneteskan air matanya
Krieet
"Bun, ini makananny- kak Afja?! Kak Afja sudah bangun?! Sejak kapan?!" Vanya Kanasha, adik Afja berlari kearah Afja sambil membawa makanan untuk bundanya.
"Baru saja Afja sadar, dokter bilang kondisinya mulai membaik dan sepenuhnya sadar." Jelas bunda.
"Yasudah, bunda makan dulu dan kabarkan pada keluarga kita bahwa kak Afja sudah sadar." Bunda membawa makanan yang dibeli oleh Vanya dan pergi keluar ruangan.
Cklek
"Anya," panggil Afja.
"Iya kak?"
"Sudah berapa lama ini terjadi?"
"Ehm.. sekitar 9 bulan yang lalu kakak kecelakaan dan mulai di rawat disini."
"A- sembilan bulan?! Serius?!" Afja tak menyangka bahwa dirinya telah tertidur selama 9 bulan.
"Iya, serius kak!"
"Pantas tadi bunda sangat senang saat kakak bangun.. ternyata sudah selama itu kakak tertidur."
"Aku pun tidak menyangka kakak akan sadar hari ini."
"Bagaimana kabarmu dan bunda?"
"Baik - baik saja. Selama ini kami bergantian merawat kakak"
"Kabar ayah bagaimana?" Vanya mematung sembari memasang muka sedih,
"Ayah.. ayah sudah tiada, kak." Afja sangat terkejut mendengar kabar ayahnya.
"Saat ayah di luar kota sedang bekerja, lalu mendengar kabar bahwa kak Afja mengalami kecelakaan, ayah langsung memesan tiket untuk kembali kesini. Selama 4 bulan ayah bekerja sangat keras untuk membayar pengobatan kak Afja, juga setiap sebulan sekali ayah selalu pulang untuk menjenguk kak Afja. Mungkin ayah kelelahan, saat ingin kembali ke kantornya, tiba - tiba ayah pingsan dan dibawa ke rumah sakit. Dokter bilang ayah sudah terlalu lelah dan tua untuk bekerja, keesokan harinya dikabarkan bahwa ayah telah tiada." Air mata Afja terjatuh di pipinya. Ia masih tak percaya bahwa ayahnya telah tiada. Ia merindukan sosok ayahnya yang selalu membawakan barang ataupun makanan saat pulang ke rumah. Vanya mengusap punggung Afja secara perlahan. Vanya mengerti perasaan kakaknya saat terbangun dari koma dan mendengar kabar bahwa ayahnya telah tiada.
"A..ayah, m-maafkan A-Afja yah.. seharusnya Afja selalu berhati-hati saat melakukan apapun.. Afja sangat ceroboh ayah.." Vanya memeluk Afja sembari mengusap kepala Afja. Afja, Vanya, dan bunda telah kehilangan sosok sang kepala keluarganya yang selalu membawa suasana hangat, kini suasana keluarga mereka terasa dingin. Vanya dan Ibunda hampir kehilangan satu orang lagi, namun keajaiban datang kepada mereka yang membuat Afja sadar dari koma.
Hari - hari telah berlalu, kondisi Afja mulai membaik dan hari ini saatnya Afja diperbolehkan untuk pulang ke rumah. Afja merapikan bajunya dan memasukannya ke dalam tas miliknya. Saat Afja hendak pergi keluar ruangan, ia tak sengaja mendengar percakapan bunda dengan Vanya.
"Van, jangan beri tahu kakakmu dulu tentang biaya pengobatan yang belum lunas ya.. kasihan, dia baru pulih, nanti kepikiran."
"Iya, Bun." Afja berpikir sejenak,
"Apa aku kerja paruh waktu saja ya untuk melunasi pengobatanku.." batin Afja.
Cklek
"Afja, sudah siap?" Tanya bunda
"Sudah, Bun."
"Ayo langsung pulang saja, dirumah sudah ada bibi Nara dan Paman Dery. Mereka datang untuk menjenguk kakak." Jelas Vanya.
Mereka bertiga kembali ke rumah menggunakan mobil, yang dikendarai Vanya.
Krieet
Afja memasuki rumahnya dan langsung disambut oleh bibi Nara.
"Ashif! Ya ampun, bagaimana kondisimu sayang?" Sedari dulu, bibi Nara selalu memanggil Afja dan Vanya dengan nama belakangnya.
"Aku baik - baik saja bi. Bibi Nara dan Paman Dery apa kabar?"
"Bibi baik - baik saja. Oh ya, bibi dan Paman Dery memiliki kucing baru dirumah, kapan - kapan mampir ya Ashif."
"Iya bi."
"Bibi Nara!" Vanya berteriak sambil berlari ke arah bibi Nara.
"Asha! Ya ampun, kalian berdua sudah sangat besar ya sekarang, padahal dulu kalian masih berlari-lari di halaman rumah bibi lho."
"Hihi, iya bibi. Asha sekarang sudah bisa masak ayam gulai resep bunda!"
"Oh ya? Wah, kalau begitu bibi harus mencicipinya!" Bibi Nara dan Vanya sangat asyik mengobrol.
"Bi, aku ke kamar dulu ya." Ucap Afja.
"Iya Ashif, istirahat yang cukup ya."
Afja pergi ke kamarnya yang sudah tidak ditempati selama ia di rawat di rumah sakit.
Cklek
Afja sangat rindu kamarnya. Ia menaruh tas bawaannya di kasur, dan pergi ke mejanya. Di atas meja ada laptop miliknya yang bahkan ia lupa bahwa ia memiliki laptop. Afja menyalakan laptopnya.
"Astaga, aku hampir lupa kalau aku memiliki laptop." Kemudian Afja membuka file yang berjudul "Nayanika Bak Gemintang"
"File apa ini?" Kemudian Afja membuka isi file tersebut. Afja teringat ketika ia membuat suatu cerita yang ingin ia publikasikan.
"Nayanika Bak Gemintang? Apa arti dari judul tersebut? Kenapa aku bisa lupa? Cerita ini bahkan sudah sampai bab terakhir, tetapi bagaimana bisa aku lanjutkan jika aku tidak ingat judulnya?" Afja bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Afja agak menyesal karena tidak mencatat arti dari judul tersebut.
Posting Komentar