0

Part 4


 "Ini udah semua.. lalu.. oke, siap." Atma memasukan beberapa barang ke dalam tas kecil miliknya.

"Atma, jadi pergi ke museum?" Tanya Gavin.

"Iya, jadi kak."

"Jangan terlalu malam, kamu belum berkemas untuk lusa." 

"Iya kak."


"Atma, tunggu." Saat Atma ingin membuka pintu ruangan, Kaivan memanggilnya."

"Kenapa van?"

"Nitip tanah liat, boleh ga?"

"Hmm, boleh."

"Nih duitnya-" 

"Udah gausah. Pake duit gua aja." Atma langsung pergi ke luar ruangan.

"Eh tapi, makasih Atma!" Kaivan berteriak berharap Atma mendengarnya. Selalu seperti itu, Atma tak berhenti menjadi orang baik.



Atma berjalan di tepi jalan raya, penuh dengan kendaraan yang berlalu lalang, sambil memutar musik berjudul 'Butterfly – Michaelachel' di headphone nya." 


*flashback*


"Kak Dareen,"

"Hm? Ada apa Atma?"

"Atma boleh tau gak, lagu apa yang kak Dareen suka?"

"Boleh! Judulnya Butterfly – Michaelachel." Dareen memasang headset pada kepala Atma dan memutar musiknya.

"Di dalam musik itu, terdapat makna yang luar biasa." 


"I lost all of my hopes, I’m tired

Aku kehilangan semua harapanku, aku lelah

I counted every miles

Aku menghitung setiap pencapaian

But it still feels like day and night

Tapi masih terasa seperti begitu jauh


I tried to hold my head up high

Aku mencoba mengangkat kepalaku tinggi-tinggi

Like a pretty butterfly

Seperti kupu-kupu yang cantik

That flew away until she dies

Yang terbang sampai dia mati." Dareen menjelaskan lirik tersebut." 

"Makna nya.. sangat indah! Kalau begitu, Atma juga suka lagu ini!" 

"Kalau begitu, headphone ini kakak berikan untuk Atma."

"Hah?! Serius kak? T-tapi kan headphone ini mahal.."

"Ah ga masalah, kakak punya banyak duit kok!" Ucap Dareen sambil tertawa.

"Kalau begitu terimakasih banyak, kak Dareen!" Dareen mengusap puncak kepala Atma sambil tersenyum.


*flashback off*


"All I know is when you go

Yang aku tahu adalah saat kau pergi

I sat by myself like every time

Aku duduk sendirian seperti biasanya

And when I’ve nowhere to go

Dan saat aku tidak punya tempat untuk di tuju

I asked to myself like every time

Aku bertanya pada diriku sendiri seperti biasanya." Tepat saat lagu Butterfly berada di lirik tersebut, air mata Atma terjatuh. Atma menangis mengingat satu per-satu kenangan bersama Dareen. Atma terus berjalan hingga sampai di Museum Seni Rupa. 


Disana, Atma mengelilingi seluruh museum tersebut, dan sangat terkesima terhadap apa yang dilihatnya. Tak jarang Atma ber-wah ria melihat semua karya-karya dari pelukis terkenal. Banyak gambar abstrak yang Atma lihat disana, terlihat tak begitu jelas, tapi Atma tahu makna yang sangat dalam. Tak lupa pesan Gavin dan Kaivan, Atma tidak bisa berlama-lama di museum tersebut, karena harus pulang sebelum langit menjadi gelap. Juga Atma harus membelikan Kaivan sebuah tanah liat.


Cklek!


"Nih," Atma memberikan tanah liat pada Kaivan.

"Makasih banyak, Atma ganteng~" 

"Dih, apasih!" Atma terlihat salah tingkah, Rayman terkekeh melihat Kaivan menggoda Atma.

"Hahaha! Lucu deh liat Atma salting begitu!" 

Atma langsung berkemas, memasukkan barang-barangnya ke dalam tas besar karena hanya Atma yang belum berkemas.


Kaivan duduk di kursi, dan membuka kemasan tanah liat tersebut, dan membuat karya dari tangannya yang ajaib itu. 


"Ayo semuanya tidur. Jangan terlalu lelah untuk lusa nanti." Ingat Gavin. Semua pergi ke kasurnya masing-masing. Terlihat lampu belajar yang masih menyala di meja Kaivan. Ia masih sibuk dengan tanah liatnya. Ia mengukir tanah liat tersebut dengan teliti.


*flashback*


"Ivan, karya plastisin mu selalu indah. Apa kamu tidak berniat untuk menjadi pematung?" Tanya Dareen. Kaivan hanya memasang muka bingung.

"Pematung itu seniman yang membuat karya seni patung!" Sepertinya Kaivan tertarik apa yang dibicarakan oleh Dareen.

"M..mau, Ivan mau jadi pe..pematung!" 

"Karena Ivan bersemangat untuk menjadi pematung, kakak akan berikan pengikis yang terbuat dari plastik untuk mengikis bagian plastisin yang sulit di jangkau! Kalau begitu, terus tingkatkan keahlian Ivan dalam membuat patung ya! Walaupun saat ini masih terlihat belum sempurna, percayalah, suatu saat nanti semua orang akan mengapresiasi hasil karya mu." Dareen mengusap puncak kepala Kaivan, Dareen dan Kaivan tersenyum hangat.


*flashback off*


Kaivan termenung sebentar mengingat percakapan bersama Dareen saat itu. Tak sadar air matanya mengalir melewati pipinya. Ia bertekad dan berjanji pada dirinya sendiri untuk menjadi seniman, pematung. Kaivan ingin membuat Dareen bangga pada dirinya yang telah lancar untuk berbicara serta melatih dirinya untuk bersosialisasi dengan semua orang. Kaivan mempercepat kegiatannya, mematikan lampu belajarnya, lalu tidur.


Ternyata ada Rayman yang masih terbangun di tempat tidurnya, ia tidak bisa tidur. Pikirannya seperti dihantui oleh perasaan yang tidak tenang. Bahkan Rayman sendiri tak tahu apa penyebabnya. 


*flashback*


"Kak Dareen kak Dareen!"

"Iyaa, ada apa Rayman?" 

"Kalau nanti di masa depan saat Rayman sudah sembuh, Rayman menjadi model gimana?" Tanya Rayman penasaran. 

"Wah, bagus dong! Rayman jadi terkenal karena ketampanan Rayman!" 

"Kakak tidak kecewa dengan Rayman kalau Rayman menjadi model kan?"

"Enggak dong. Kenapa harus kecewa, Rayman? Semua pekerjaan asalkan halal itu tidak masalah Rayman. Kakak senang kok melihat Rayman menjadi model nantinya. Kakak akan berikan Rayman topi untuk nanti Rayman menjadi model! Kakak ingin melihat Rayman berjalan dengan baju yang bagus di red carpet dengan percaya diri!" Mereka berdua saling berbagi tawa.


*flashback off*


Nyatanya, yang membuat pikiran Rayman tidak tenang adalah Dareen. Ia masih rindu sosok Dareen yang selalu ada di sampingnya, yang selalu membacakan dongeng untuk semua penghuni ruangan Blue Butterfly sebelum tidur. Rayman menangis. Jarang sekali Rayman menangis dalam hidupnya. Namum kali ini rasanya sangat mudah untuk Rayman menangis, hingga ia tertidur lelap dalam tangisannya.



Danu terbangun. Ia terbangun sebab ingin membuang air kecil. 

"Hm? Jam berapa ini? 3 pagi?" Setelah dari kamar mandi, Danu duduk di kursinya, dan menyalakan lampu belajar. Danu kembali membuka buku lamanya yang tebal bersampul ikan berisi rumus dan coretan dari dirinya dan Dareen. Ia terus membuka lembaran buku tersebut sampai ke halaman terakhir. Halaman terakhir itu terdapat gambar Dareen dan Danu yang sedang mengalungkan medali.


*flashback*


Cklek


"Loh, Danu? Kok belum tidur? Sudah jam segini lho.." Dareen melihat Danu yang terduduk di bangku dengan lampu belajarnya yang masih menyala. 

"Kak Dareen.. Danu berniat untuk memecahkan soal ini tanpa bantuan kak Dareen, tapi nyatanya sangat sulit.." Dareen berjalan ke arah danu, Dareen berdiri dengan lututnya untuk meraih meja Danu.

"Danu, kakak tau Danu ingin mandiri. Kakak bolehkan Danu berusaha sendiri memecahkan soal ini, tapi kan ini sudah malam Danu.. sudah waktunya untuk tidur." 

"Baiklah kak.. maafkan Danu ya.." 

"Iya, Danu. Sepertinya buku Danu sudah mau habis ya? Kakak akan berikan Danu buku baru yang lebih tebal, tapi Danu harus tidur sekarang."

"Benarkah? Oke kak, Danu akan tidur sekarang! Tapi bolehkah Danu melihat bukunya sebelum tidur?" Dareen menaruh buku tebal dengan sampul ikan."

"Ikan! Lucu sekali! Terimakasih kakak!" Danu segera mematikan lampu belajarnya dan kembali ke tempat tidur.


"flashback off*


"Kak Dareen.." air mata Danu menetes ke buku tersebut. Danu teringat dimana dia tak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal sampai ada seseorang yang membantunya hingga ia bisa, yaitu Dareen. 


Hari ini terasa berbeda, semua anak menangis. Seakan-akan Dareen datang ke ruangan Blue Butterfly dan melihat keadaan ruangan ini. Keempat anak ini memikirkan Dareen dengan serentak, mereka rindu Dareen dengan serentak, serta mereka menangisi Dareen dengan serentak. Mereka bagaikan saudara kandung yang selalu satu pikiran.


———


Mentari yang masih tertutup kabut tebal berwarna putih, hingga kabut tersebut mengalah untuk pergi menjauh dan menghasilkan cahaya mentari yang tersebar ke seluruh bentala, lahir lah sang fajar. Cahaya fajar yang menembus kaca jendela ruangan Blue Butterfly, membuat suasana menjadi hangat.


"Semuanya udah siap?" Tanya Atma. 

"Udah!" Jawab Rayman sambil memakai topi pemberian Dareen.

"Kalo gitu langsung berangkat aja, at." Sahut Kaivan.

"Gua udah izin kak Gavin kok tadi." Ucap Danu sambil memakai tas selempangnya.

"Sip, ayo jalan." Kemana mereka semua akan pergi? Sepertinya ke suatu tempat yang sangat penting. Dan sampailah mereka di tempat tersebut. 


"Selamat pagi, kak Dareen! Kita ber empat rela bangun pagi demi kakak loh." Rupanya mereka pergi ke tempat peristirahatan terakhir Dareen.


"Kak, sekarang Danu udah masuk universitas terbaik, dan yang pasti ini semua berkat kakak. Danu juga udah menang banyak olimpiade juga dapat banyak medali, kak. Kali ini Danu mau berbagi salah satu medali Danu untuk kakak." Danu menaruh medalinya di batu nisan milik Dareen.


"Kak, apa yang kakak lihat sekarang, itu beneran. Ivan beneran jadi pematung, kak. Dan benar apa yang kakak bilang, Ivan dapat apresiasi dari hasil karya Ivan. Ivan juga buat diri kakak dari tanah liat tapi versi mini, hehe." 

Ivan memajang sebuah kotak yang berisi patung Dareen yang memakai jas dokter serta memiliki sayap di punggungnya di depan batu nisan milik Dareen. Bagaikan malaikat kecil untuk Ivan.


"Kak, Atma sudah mencapai cita-cita Atma. Atma sudah menjadi pelukis terkenal, juga Atma sudah melihat museum seni rupa menggunakan mata yang kakak berikan. Rupanya dunia seindah ini tampak kurang kalau tak ada kakak. Atma melukis kak Dareen, Atma, Danu, Ivan, Rayman, juga kak Gavin dalam kanvas ini. Kakak bilang ingin berswafoto bersama kita kan? Walaupun tak bisa, tapi Atma melukis kita semua di kanvas yang terlihat seperti sedang berswafoto." Atma meletakkan kanvas tersebut di batu nisan milik Dareen. 


"Kakak, lihat! Topi yang kakak berikan masih Rayman simpan! Dan, Rayman benar-benar menjadi model. Rayman memakai baju bagus dan berjalan di red carpet dengan percaya diri lho! Setiap Rayman berjalan di red carpet, Rayman selalu teringat senyum kak Dareen. Karena Rayman bingung mau kasih apa, Rayman kasih foto Rayman saat Rayman menjadi model saja deh. Maaf ya kak Rayman nggak berikan barang bagus seperti yang lain, hihi! Oh ya kak, mulai hari ini kita semua akan beranjak pergi dari rumah sakit loka, tepatnya ruangan Blue Butterfly. Karena kak Gavin bilang, keadaan kita semua perlahan mulai kembali pulih. Dan kita akan tinggal di rumah kak Gavin! Katanya rumahnya sangat besar!" Semuanya tertawa mendengar ucapan Rayman. Rayman segera menempelkan foto dirinya sendiri di batu nisan milik Dareen. Terakhir yang spesial untuk Dareen, buket yang berisikan bunga mawar. 


Selesai sudah sejarah yang diciptakan oleh Dareen sendiri. Sejarah yang isinya keindahan yang hangat, serta senyum yang tak akan bisa pudar. Sejarah ini dilukis menggunakan kenangan yang tintanya permanen seumur hidup. Selalu tersimpan dalam hati yang begitu tulus.



★★★★★

Posting Komentar

Emoticon
:) :)) ;(( :-) =)) ;( ;-( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ $-) (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.

 
Top