0

 Pt.1


    Aku tau mungkin ini terdengar aneh, tetapi memang nyata terjadi. Aku mencoba mengabaikan hal itu tetapi tidak bisa, tetapi dia selalu menghantuiku.

Ayah ku adalah seorang pelukis, dan dia menjadikan ibu sebagai bahan lukisan nya. Sungguh romantis bukan? Tidak terdengar ada yang salah soal itu. Tetapi ibu ku meninggal disaat aku berumur 3 tahun, dia memiliki penyakit yang tidak bisa di sembuhkan. Aku terkadang melihat ayah menangis di kamar, atau bahkan di ruangan dia melukis. Sedih melihat hal itu, tetapi aku tidak bisa berbuat apapun kala itu. Semua akhirnya berubah ketika umur ku beranjak 10 tahun, ayah entah mengapa bersikap lebih ceria dari tahun sebelumnya. 

"Makomo, apa kau merindukan ibu mu?"

Suara ayah begitu lembut, bahkan dia bertanya sembari mengelus rambut ku penuh cinta. 

"Tentu ayah.. tetapi ibu kan sudah meninggal"

Aku bisa melihat ayah menatap ku dengan tajam, dan marah.

"Kau harus ingat makomo, ibu selalu bersama kita."

Aku melihat tatapan ayah yang pertamakali seperti itu, mengerikan membuat ku merinding sebadan. 

Sejak saat itu ayah kembali melukis ibu kembali, tetapi ada yang aneh. Lukisan nya terlihat menyeramkan dan suram, jika aku bertanya ayah selalu menjawab. 

"Dia tetap cantik seperti terakhir kali sebelumnya"

Beranjak 18 tahun ayah ku jatuh sakit, karena umur nya yang sudah 68 tahun. Karena sedang dirawat dirumah sakit, aku pun tinggal sendirian di rumah. Hari memang seperti biasa tidak ada yang aneh, tetapi aku terus merasakan di awasi oleh sesuatu. Aku berjalan melewati kamar ayah ku, rasa penasaran ku begitu tinggi sehingga aku memutuskan untuk masuk. Aku melihat disana begitu banyak foto ibu dan juga aku, mulai dari aku kecil hingga aku 18 tahun.

Ada satu foto pernikahan ibu dan ayah yang bertulisan 'Wedding 11 Agustus. Takato&Izuka'

Aku tersenyum kemudian mengelus foto itu, hati ku semakin berat jika mengingat soal ibu. Aku mencoba mengikhlaskan semuanya dengan berbagai keadaan, tetapi aku selalu teringat sosok ibu yang lembut. Aku kembali menaruh foto itu di meja, kemudian melihat pantulan bingkai nya. Ibu berdiri di pojok kanan ku sambil tersenyum, tetapi ada yang salah. Dia tampak berbeda dia bukan ibuku, dan ibuku sudah mati. Aku melihat kearah belakang kemudian melihat sekitar ruangan, tidak ada siapapun disana. Mungkin itu hanya halusinasi ku, tetapi sesaat insting ku mengatakan itu nyata. Aku mungkin hanya lelah sehingga aku memilih untuk mandi, dan istirahat sebentar lalu pergi untuk menjenguk ayah.

Selama mandi aku tidak tenang karena perasaan kehadiran ibu, tetapi aku mencoba untuk melupakan nya. Aku pun buru-buru memasukan makanan ke dalam tas, dan beberapa hal yang dibutuhkan.

Aku beranjak keluar lagi dari kamar ku melewati ruangan ayah, aku bisa melihat dari ekor mataku bahwa ada siluet seorang perempuan. Aku langsung menengok kearah pintu kamar ayah, tetapi siluet itu menghilang seolah hanya halusinasi ku. Semua ini terjadi sejak umur ku 15 tahun, aku begitu ingat lukisan ayah. Dan juga mimpi-mimpi soal ibu, semuanya seolah memiliki hubungan yang aneh. Aku ingat bagaimana lukisan itu terlihat hidup, dan juga ibu yang memanggil ku untuk mengikuti nya di dalam mimpi. Tetapi mereka bukan ibuku, ibuku jelas sudah mati dan tenang di alam sana. Aku menaiki bus dan mendengarkan musik sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, aku mencoba melupakan dunia sekitar ku. Kemudian aku merasakan tepukan di bahu, aku pun menengok kebelakang. Tidak ada satupun orang didalam bus, hanya ada aku sendiri. Aneh sekali aku merasa sepertinya tadi banyak orang di dalam bus, tetapi tidak ada satupun selain aku. Aku merasakan perjalanan di bus begitu lama, padahal hanya membutuhkan 30 menit sampai kerumah sakit jika dari rumahku. 

Aku melihat ke jendela luar kemudian mengusap sedikit mataku, aku melihat ada beberapa bayangan orang dari pantulan kaca tetapi aku tidak melihat mereka di kursi nya. Tentu nya terkejut dan bingung melihat hal itu, aku sudah memencet bunyi bel berhenti tetapi supir nya terus berjalan. Tiba-tiba seorang kakek berusia 80an duduk di sampingku, sembari tersenyum padaku.

"Kau begitu muda, nona"

Aku hanya mengangguk mencoba tidak melihat kearah kakek itu, karena kakinya tidak menyentuh lantai. 

"Apa anda baru disini, nona muda?" 

Suara kakek itu kecil dan juga serak, sehingga aku terpaksa harus menatap nya.

"Saya tersesat"

Kakek itu tampak kaget kemudian kembali tersenyum, dia sepertinya mengerti maksud ku. 

"Perempuan itu memang suka jahil, sebaiknya nona muda segera cari jalan keluar"

Perempuan? Apa maksudnya ibu..? Tetapi itu tidak mungkin.

"Ambillah ini nona muda, dan jaga dengan baik-baik"

Aku melihat kakek itu memberikan sebuah kalung dengan tulisan jimat, aku awalnya agak bingung sampai tiba-tiba aku sudah berdiri di depan rumah sakit.

Posting Komentar

 
Top