Part 3
1 tahun.. 2 tahun.. sampai 3 tahun telah berlalu.
Cklek!
"Dareen. Bisa bicara sebentar?" Ucap dokter Gavin.
"Bisa. Tunggu sebentar. Ivan, kakak mau berbicara dengan kak Gavin dulu ya, Ivan lanjutkan saja membuat rumah dari plastisinnya."
"Baik kak." Dareen pergi ke luar ruangan menuju dokter Gavin.
"Ada apa, vin?"
"Ayahnya Ivan, mau datang kesini katanya." Itu adalah berita yang benar-benar buruk. Ayah Kaivan sudah kembali dari luar negeri, dan ingin menghampiri Kaivan, untuk apa? Apa dia ingin melampiaskan amarahnya lagi ke Kaivan? Sungguh biadab.
"Mau ngapain? Mau ngambil Ivan dari sini? Mau dijadiin pelampiasan lagi?" Amarah Dareen sudah memuncak.
"Tidak tahu, tapi dia bilang katanya ingin berbicara dengan Kaivan empat mata. Bagaimana? Apa harus kita izinkan?" Sangat sulit untuk menentukannya.
"Ugh! Yang benar saja! Baiklah. Asalkan kita pantau dari luar ruangan." Berat untuk Dareen mengatakan seperti itu. Dareen ingin melarangnya, tapi Dareen siapa? Dareen bukan siapa-siapanya Kaivan.
"Oke, lusa dia akan datang ke sini."
———
"Rayman, apa kamu sudah siap kemoterapi untuk yang terakhir kalinya?"
"Saaaangat siap! Rayman sudah tidak sabar! Rayman tidak sabar melihat rambut Rayman tumbuh kembali seperti semula!" Selama ini rambut Rayman selalu dicukur, karena penyakit leukimia yang menyebabkan rontok.
"Kak Dareen yakin, saat tumbuh rambut nanti, Rayman bakal jadi lelaki tertampan di dunia!"
"Hahaha! Kak Dareen bisa saja!"
"Sudah, sekarang masuk lah ke ruangannya."
"Okee kak Dareen!" Dareen tidak sabar menanti Rayman sembuh dari penyakitnya
"Dareen, ayah Kaivan sudah datang."
"Ah, baiklah."
Cklek!
"Ivan, bisa ikut kakak sebentar?"
"Bi..sa kakak." Kaivan pergi menuju Dareen.
"Ivan, ayahmu datang kesini. Ayah ingin berbicara dengan Ivan. Ivan jangan khawatir, kak Dareen dan kak Gavin akan memantau Ivan dari luar. Kalau kenapa-kenapa, Ivan boleh berteriak, ya?" Tatapan Kaivan yang begitu takut, Dareen tidak tega melihatnya. Kaivan langsung pergi menuju ruangan yang di dalamnya sudah ada ayahnya yang menunggu."
Kaivan duduk bersebrangan dengan ayahnya.
"Hei, anak bodoh. Apa yang sudah kamu lakukan disini? Ayah sudah bilang jangan merepotkan orang lain. Kamu benar-benar anak tidak tahu diri!"
"T-tapi a..ayah-"
"Oh, sudah berani menjawab kamu ya?"
"I-IVAN SENANG B..BERADA DISINI! IVAN BAHAGIA DISINI!"
"Apa? Apa maksudmu? Coba bicara sekali lagi pada ayah."
"IVAN BAHAGIA DISINI! IVAN BISA MELAKUKAN HAL YANG IVAN SUKAI TANPA PAKSAAN!"
"BERANI-BERANINYA KAMU BICARA SEPERTI ITU PADA AYAH, ANAK DURHAKA!" Darwin, ayah Kaivan merogoh sakunya untuk mengambil pisau.
Jleb!
Darah segar mengalir keluar dari pinggang sebelah kanan dan menetes.
"I-ivan.. pergilah menuju kak Gavin ya sayang?" Kaivan berlari keluar ruangan menuju Gavin.
Bruk!
Tubuh Dareen terjatuh ke lantai.
"DAREEN!" Gavin yang melihatnya, langsung berlari ke arah Dareen dan menggoyangkan tubuh Dareen.
"Reen? Dareen? BANGUN! DAREEN BANGUN!" Gavin langsung memanggil dokter yang ada di sekitarnya, dan membawa ke ruang ICU. Darwin juga langsung dibawa ke pihak berwajib.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Dareen merasa ada hal yang tidak beres pada saat Kaivan dan Darwin sedang berbicara. Dareen memantau dengan seksama dari luar pada saat Darwin bicara dengan nada tinggi pada Kaivan. Saat Darwin mengeluarkan pisaunya, Dareen refleks berlari kedalam ruangan, dan memeluk Kaivan. Alhasil pinggang kanan Dareen tertusuk pisau oleh Darwin.
"Gak, gak! Dareen lo ga boleh kayak gini. Gimana nasib anak-anak? Tuhan, tolonglah." Gavin tidak bisa berhenti memikirkan Dareen di depan ruang ICU. Gavin berlalu-lalang sambil mengacak-acak rambutnya secara kasar. Kaivan yang sedang duduk, terdiam dan tak dapat bicara sepatah kata pun. Kaivan sangat merasa bersalah, walaupun bukan dia yang melakukannya.
Cklek!
"Atma, ikut kakak sebentar." Gavin berusaha tegar didepan Atma.
"Ah oke kak." Gavin menuntun Atma ke luar ruangan.
"Atma, pendonor mata mu sudah ketemu. Ayo kita langsung operasi."
"A..apa? Benarkah..?" Atma benar-benar tidak percaya. Mereka berdua langsung berjalan menuju ruang operasi.
Sekitar 2 jam lamanya Atma berada di ruang operasi.
"Dokter buka perbannya perlahan ya. Oke Atma boleh buka matanya secara perlahan." Atma tidak percaya dia bisa kembali melihat dunia. Atma menangis bahagia. Yang akan pertamakali Atma lakukan setelah operasi ialah melihat wajah Dareen.
"Kak Gavin."
"Iya, Atma?"
"Boleh Atma tau siapa yang mendonorkan mata Atma?" Tidak, tidak Gavin. Kau harus kuat.
"Dareen. Kak Dareen yang mendonorkan mata Atma."
"...kak d-Dareen?"
*3 jam sebelum operasi*
Cklek!
"Dok, bagaimana keadaan Dareen? Dia baik-baik saja kan dok?"
"Maafkan kami." Oh Tuhan, bukan ini yang ingin Gavin dengar.
"Karena pisau yang sudah berkarat dan menyebabkan infeksi serta darah yang keluar sangat banyak, pasien tidak dapat terselamatkan." Gavin hanya bisa menangis. Ia teringat apa yang Dareen bilang saat menuju ke ICU.
"Ga..vin to..long d-donor..in m-mata gua b-buat A..atma.."
"Nggak reen, lo pasti sembuh. Harus sembuh. Kita bisa cari pendonor lain, ya?"
"Vin.. please.. y-ya..?" Gavin tak sanggup melihat tatapan Dareen saat itu.
———
"Nggak.. gak mungkin! Kenapa kak Dareen ninggalin Rayman? Kak.. Rayman sudah sembuh total.. kakak bilang kalau rambut Rayman sudah tumbuh, Rayman akan menjadi lelaki tertampan.. kakak tidak ingin melihat rambut Rayman?" Rayman menangis, ia menaruh kepalanya di batu nisan yang bertulisan 'Dareen Edwin'.
"Kak.. Danu sudah masuk universitas terbaik. Ini semua berkat kakak yang selalu menemani Danu saat Danu kesulitan. Dan sekarang, Danu ga akan kesulitan lagi kak. Danu berjanji tidak akan membuat kakak sedih."
"Ma..maafkan Ivan kak.. ini semua salah Ivan. Kalau saja Ivan tidak bicara dengan ayah, mungkin kakak masih ada di samping Ivan saat ini. Mungkin kakak masih bisa menemani Ivan bermain plastisin.."
"Kenapa? Kenapa kak? Apa kakak tahu? Saat Atma selesai di operasi, Atma sudah sangat senang untuk melihat wajah kakak. Tapi apa? Kakak malah meninggalkan Atma.. kakak bilang kalau cita-cita Atma akan tercapai kan? Jangan khawatir kak. Atma akan membuat kak Dareen bangga dengan Atma."
Perasaan sedih dari beberapa orang tercampur menjadi pahit. Ini semua bagaikan mimpi, tak percaya orang yang selalu menyambut ruang Blue Butterfly dengan hangat telah tiada. Kini ruangan Blue Butterfly terasa sangat dingin. Semua penghuni ruangan Blue Butterfly akan tetap dipantau oleh Dareen, di dunia lain.
"Teman-teman.. kak Gavin ingin memberikan sesuatu dari kak Dareen." Ternyata, Dareen sempat membuat video untuk para penghuni ruangan Blue Butterfly.
*Now play: Sampai Jadi Debu, Banda Neira."
"Haloo semuanyaa! Kak Dareen disini! Sebenarnya kak Dareen buat video ini untuk kalian lihat di masa depan nanti saat kalian sudah menjadi sukses. Hei Atma, kakak selalu kagum dengan semua karya lukis mu. Kamu adalah orang spesial, Atma. Orang lain biasa melukis menggunakan mata mereka untuk melihat lukisannya, tetapi kamu berbeda. Kamu menggunakan hatimu untuk melukis, dan mungkin orang lain tidak begitu mengerti apa yang kamu lukis. Tapi kakak mengerti, Atma. Kakak merasakan lukisan itu. Semoga di masa depan ada pendonor mata untukmu ya, Atma! Rayman, kakak sangat kagum dengan keceriaan yang kamu buat. Kamu selalu ceria di situasi apapun, kamu berhasil membuat teman-teman yang sedih menjadi kembali ceria! Termasuk kakak, saat kakak ada masalah, dan kakak masuk ruangan Blue Butterfly lalu disambut dengan keceriaan Rayman, kakak jadi lupa masalah kakak. Tetaplah menjadi anak yang cerita ya, Rayman? Danu, kamu anak yang hebat! Danu ingat ya, nilai itu bukan segalanya. Nilai itu bukan apa-apa, yang terpenting adalah keterampilan! Kamu sangat bagus dalam menghitung maupun mengingat, Danu. Tidak masalah jika Danu mendapatkan nilai buruk, kakak tidak akan kecewa pada Danu. Kakak akan senang jika Danu berusaha lagi dan lagi. Jangan lupa untuk beristirahat setelah belajar Danu! Ivan, rasanya kakak senang waktu pertamakali Ivan menyebut nama kakak! Ivan, mulai sekarang kamu tidak perlu takut untuk berbicara, dan menolak itu bukan masalah. Ivan tidak perlu takut dengan ayah, karena ada kakak yang bakal jagain Ivan! Ah, omong-omong kita semua belum pernah berswafoto bersama ya? Kakak tidak tahu waktu yang tepat, tapi semoga saja kita bisa terus bersama ya! Terimakasih ya sudah mau menonton video ini, sebenarnya kakak bikin video ini karena teringat kalian aja sih, hehe. Segitu saja dulu, dah!"
Hanya itu kenangan dan harapan terakhir Dareen untuk para penghuni Blue Butterfly.
"Selamanya..."
"Sampai, kita tua,"
"Sampai jadi debu."
"Ku di liang yang satu,"
"Ku di sebelahmu."
Dareen hanya berharap jika ia tak lagi ada di samping orang yang ia sayangi, setidaknya ia telah melihat wajah tersenyum dari lubuk hati yang paling dalam.
☆★☆★☆
Posting Komentar