Pt. 5
Aku menyalakan api unggun dari kayu yang baru saja ku ambil. Zerix membantu ku dengan menyalakan api itu, karena takut aku kenapa-kenapa.
"Sepertinya kau sudah terbiasa pergi ke hutan"
Suara Zerix memecahkan keheningan, diantara malam yang menyelimuti kami. Tetapi aku terlalu fokus dengan pikiran ku, sehingga aku melamun.
"Itzel"
Aku akhirnya tersentak keluar dari lamunanku, kemudian aku melihat kearah Zerix dengan bingung.
"Apa?"
"Kau bahkan tidak menjawab ku, pertanyaan itu sudah terlewati satu menit lalu"
Aku sekali lagi tidak menjawabnya tetapi mengangguk, kemudian aku menatap kearah api yang mulai menyala.
"Apa menurutmu sebuah cerita dongeng bisa menjadi kenyataan?"
Pertanyaan itu lolos begitu saja dari mulut ku, karena aku terus mengingat tentang cerita dongeng yang terus dibacakan oleh papa.
"Tentu saja tidak, lagi pula itu hanya dongeng"
"Bagaimana jika dongeng itu diambil dari pengalaman nyata?"
"Itzel, sejujurnya apa yang kau pikirkan?"
Nada suara Zerix menjadi kesal, karena dia sudah pasti berpikir itu hal bodoh.
"Jika tidak ingin menjawab tak masalah"
Hening kembali lagi hanya menyisakan suara api unggun, dan hewan-hewan malam hari yang sedang aktif.
"Apa kau tau soal rahasia ayah mu?"
Aku jelas terkejut karena tidak seorangpun tau, bahkan papa sekalipun.
"A-aku.. itu tidak seperti yang kau kira..."
"Bagaimana jika aku bilang padamu, bahwa dulu ayah mu adalah peri kecil yang hidup di hutan sihir?"
"Apa maksud dari perkataan mu Zerix?"
Itulah hal pertama yang ku katakan, setelah mendengar hal yang tak pernah ku duga.
Zerix hanya menghela nafas kemudian menggeleng pelan, lalu mengelus rambut ku sambil tersenyum seperti dia biasa nya.
"Lupakan, aku hanya bercanda tadi"
Aku yakin itu bukanlah sebuah candaan biasa, raut wajahnya dan juga keraguannya menjelaskan semua hal itu. Aku memilih untuk tidak berkata apapun lagi, dan berbaring di alas untuk tidur.
Aku terbangun di sebuah tempat yang begitu asing dan sekeliling ku gelap serta berkabut. Aku melihat api unggun yang kemarin malam sudah mati, tersisa aku saja dan tidak ada Zerix.
"Dimana aku?"
Aku mulai memposisikan diri ku untuk duduk kemudian melihat sekitar, ini bukan tempat peristirahatan tadi malam. Tidak ada sedikitpun suara angin bahkan para hewan, aku melihat kearah langit. Tidak ada bulan semua tertutupi kabut lebat.
Aku mulai panik dan berjalan mencari jalan keluar, sampai kaki ku tersandung dan tidak sengaja melihat lentera yang sudah rusak. Aku benar-benar sendirian di tempat gelap berkabut ini. Bulan pun tidak ada di langit. Aku menangis dan tidak merasakan sedikit pun secercah harapan, untuk keluar dari tempat ini. Aku pun segera mengelap air mataku tidak ingin merasa lemah. Aku merogoh saku jubahku, mengambil liontin yang mama berikan kepada ku. Aku sedikit ragu untuk memakai liontin itu, tetapi aku harus. Kini liontin itu berada di sekitar leher ku, warnanya menerangi sekitar ku. Dari kejauhan aku melihat titik kecil berwarna biru, seolah petunjuk agar aku mengikuti nya. Aku terus bergerak mengikuti titik biru itu, mengarahkan ke tempat yang tertutupi kabut lebat. Aku merasa bingung dan ragu tetapi aku harus mencoba nya, tangan ku terulur untuk menyentuh kabut itu. Secara tiba-tiba kabut itu mulai menghilang, dan ternyata itu adalah sebuah air terjun. Aku berjalan keluar dari air terjun itu, dan di suguhkan pemandangan yang indah.
Hutan yang lebat serta hewan-hewan nya yang hidup, air terjun tempat ku berdiri sungai nya juga bersih. Tetapi ada satu hal yang membuat ku berpikir, bahwa aku masuk ke dunia sihir. Liontin ku bereaksi dengan sekitar, seolah mengarahkan aku ke suatu tempat. Kakiku mulai berjalan menelusuri air sungai, dan senyuman terukir di bibir ku. Aku bisa melihat berbagai macam ikan yang hidup, bahkan bentuk dan warna mereka sendiri begitu unik. Aku memasuki hutan yang lebat, dan bisa merasakan cerahnya matahari pagi. Titik biru kecil itu berhenti saat aku mendekati rumah kecil jamur di pohon, yang ku yakini itu adalah milik peri kecil. Aku berlutut untuk mengetuk rumah jamur itu dengan tangan ku, sampai tiba-tiba aku mendengar mereka mengomel dengan bahasa yang anehnya aku paham. Aku berpikir sejenak mencoba memahami semua ini. Peri tadi tidak berbicara bahasa manusia, tetapi mengapa aku bisa mengerti?
{Halo guyss, sebenarnya cerita cerpen ini masih lanjut. Tapiii aku belum dapet ide lagi, jadi tunggu aja yaa(◠‿◕)}
Posting Komentar