Di tengah keheningan malam, Kalefa duduk sendirian di kamarnya, memandangi buku catatan kecilnya yang penuh dengan cerita tentang teman-temannya. Dalam catatan itu, ia menulis dengan penuh kegembiraan tentang betapa menyenangkannya memiliki teman-teman yang selalu ada untuknya. "Aku senang berteman. Aku menikmati setiap momen yang dihabiskan bersama teman-teman ku." Terpampang jelas tulisan tangan nya di buku itu.
Kalefa menulis dengan semangat di buku catatan kecilnya, mencoba menghidupkan kembali momen-momen bahagia yang pernah ia alami bersama teman-temannya. "Hari ini adalah salah satu hari yang paling berkesan bagiku. Aku menghabiskan waktu bersama teman-temanku, dan setiap momen itu amat berharga bagiku. Kami memulai hari dengan sarapan bersama di kedai kopi favorit kami." Sebuah senyum manis tergambarkan di wajahnya. "Setelah sarapan, kami memutuskan untuk menjelajahi kota. Kami berjalan-jalan di taman yang indah, berbagi cerita dan tawa di bawah sinar matahari yang hangat. Kami menemukan tempat-tempat baru yang menarik, dan kami bahkan mencoba makanan dari warung kecil yang tersembunyi di sudut kota. Puncak petualangan kami adalah ketika kami berakhir di pantai. Kami menghabiskan sore yang indah dengan bermain di pasir, berenang di laut, dan menikmati matahari terbenam bersama. Itu adalah momen yang sungguh magis, di mana semua kekhawatiran dan masalah seolah lenyap. Aku harap hari esok akan jauh lebih menyenangkan with the great of friends that I have around me."
Itu merupakan halaman terakhir dari buku catatan kecilnya yang sudah penuh berisikan cerita-cerita serta pengalaman-pengalaman yang di alami nya dengen teman-temannya. Namun, meskipun ia selalu menulis tentang teman-temannya, dalam diamnya, ia merasa ada yang menjanggal. Suatu malam, dalam keheningan kamar, Kalefa duduk termenung di hadapan buku catatannya. Dengan pena di tangannya, ia menulis sebuah pengakuan.
"Sebenarnya, aku sendirian. Teman-teman yang kuceritakan dalam buku catatan ini, mereka hanyalah khayalan. Khayalan yang kubuat untuk membohongi diriku, untuk mengisi kekosongan dalam hidupku. Aku tak memiliki teman yang sejati, yang nyata." Kalefa menyadari bahwa yang sebenarnya ia butuhkan adalah seorang teman yang nyata, yang benar-benar hadir dalam hidupnya. "All I ever need is, a friend that exists."
Posting Komentar