0

Pt.3


    "Papa?" Tidak ada jawaban dari siapapun saat aku turun dari tangga menuju ruang tamu. Aku mencari diseluruh penjuru rumah dan bahkan mengetuk kamar papa, tetapi tidak ada sedikitpun jawaban. Aneh apakah ini mimpi? Apakah aku masih tertidur?

Aku mendengar hembusan angin masuk melalui pintu yang terbuka sendiri, aku menggigil karena udara yang dingin dan suatu alasan. Aku perlahan melangkah keluar untuk melihat kenapa pintu bisa terbuka sendiri, angin berhembus semakin kencang dan langkah kaki ku terasa semakin samar. Aku melihat sekitar hutan yang gelap dan bulan purnama yang begitu terang, kemudian sesuatu menepuk bahuku.

Aku membuka mataku dengan kaget dan nafasku terengah-engah, aku melihat bahwa hari masih mapam dan itu adalah mimpi teraneh yang pernah ku alami. Aku pun duduk dan melihat bahwa sinar bulan, yang satu-satunya menerangi kamarku. Aku melihat sebuah bayangan kecil dengan sayap? Sepertinya mengintip dari jendela ku kemudian menghilang entah kemana. Mungkin saja aku sedang berkhayal atau semacamnya, tetapi aku bersumpah aku melihat nya dengan jelas. Aku tidak bisa tertidur karena mimpi tadi dan tentunya itu membuat kepala ku sakit, aku beranjak untuk keluar dari kamarku. Langkah ku terhenti saat mendengar buku di rak ku jatuh, aku merapihkan buku itu dengan membungkuk sedikit. Suara jendela terbuka memasuki pendengaran ku walaupun itu begitu kecil, aku melihat jendela ku terbuka. Walaupun hanya sedikit dan itu tidak mungkin hewan, aku sedikit curiga dengan apa yang kulihat tadi.

Apakah bayangan itu yang mencoba untuk masuk kedalam ruangan ku? Aku pun tid-

Bugh!

Aku kaget saat melihat lentera ku jatuh ke lantai, aku mulai merasakan kecurigaan yang begitu besar. Bukankah sudah jelas ada sesuatu di ruangan ku selain aku?

"Siapa disana?"

Tidak ada jawaban, keheningan pun terjadi. Aku melangkah untuk menutup jendela yang tadi sedikit terbuka, tak berselang lama aku dikejutkan dengan sebuah tangan menempel di kaca jendela.

"Ah!! Apa itu?!"

Aku segera memukul orang itu dengan tongkat kayu, dan ternyata itu adalah seorang laki-laki. Dia meringis sakit saat aku memukulnya, dan menyuruh ku untuk berhenti.

"Tenanglah! Aku hanya ingin berbicara padamu!"

Aku pun menghentikan pukulan ku kemudian malu dengan apa yang kulakukan, aku segera menurunkan tongkat kayu ku.

"Maaf?"

Aku melihat laki-laki itu tidak bergeming, tetapi kemudian dia membuka jendela kamar ku. Aku menahannya untuk masuk menatapnya dengan curiga.

"Bagaimana aku bisa mempercayai mu?"

"Aku kan ingin berbicara dengan mu, masa kau tega menyuruhku diluar?"

Aku berpikir secara ulang kemudian mengangguk, membiarkan dia masuk kedalam kamarku. Dari yang kulihat laki-laki ini seperti manusia pada umumny-

"Kenapa melamun?"

Aku keluar dari lamunanku saat mendengar suaranya, dan dia melambaikan tangan nya di depan wajah ku.

"Siapa kau? Dan bagaimana bisa tau rumah ku?"

"Pertanyaan bagus, aku akan jawab nanti"

Aku jelas kesal dan berharap dia akan segera menjawabnya.

"Hei! Kau seharusnya menja-"

"Dimana ayah mu?"

"Apa?"

Dia bertanya soal papa yang bahkan aku tidak tau dia siapa? Orang ini begitu aneh!

"Namaku Zerix dan senang bertemu dengan mu Itzel"

Aku bisu seribu bahasa jelas tidak percaya dengan apa yang kudengar, dia baru saja menyebut namaku?! 

"Bagaimana kau bisa tau namaku?!"

Zerix menunjuk kearah foto yang dipajang di kamar ku, dan memang itu tertulis namaku. Tetapi tetap saja ini tidak masuk akal! Jelas-jelas tadi dia bertanya soal papa!

"Kau masih mencurigai ku?"

"Kau tidak usah bertanya"

Memang jelas sekali aku tidak mempercayai Zerix walaupun dia terlihat baik-baik saja, tetapi orang mana yang tiba-tiba muncul melalui jendela kamar ku? Sungguh aneh.

Zerix melihat sekitar kamar ku dan juga penampilan ku, kemudian dia melihat ekspresi ku. Dia tertawa kecil dan mengusap kepala ku, aku masih cemberut kesal padanya.

"Kau bahkan tidak menjawab pertanyaan ku"

"Apa yang belum kujawab?"

Aku melihat Zerix sedikit membungkuk untuk menyamakan tinggi kami, memang dasar orang-orang tinggi! 

"Bagaimana kau bisa tau rumah ku?"

Keheningan terjadi dan aku tentunya menunggu jawaban nya, Zerix kembali berdiri tegak kemudian berpikir sejenak.

"Ayah mu tidak bercerita sedikit pun soalku?"

Aku menggeleng kan kepala ku, karena memang kenyataan tidak. Kalaupun Zerix adalah teman papa, kenapa dia terlihat begitu muda? Bahkan papa sekalipun masih terlihat seperti anak remaja. Aku bahkan mulai berpikir jangan-jangan mereka bukan manusia, tetapi jika bukan manusia mereka apa?! Jangan berpikir aneh-aneh Itzel!

Aku menggeleng kan kepala ku sendiri untuk menepis pikiran itu, yang membuat Zerix menatap ku dengan keheranan.

Posting Komentar

 
Top