Seorang gadis remaja terbangun dari tidurnya. Dia mendengar suara musik yang sangat samar. Akhirnya dia memutuskan untuk bangun dari tempat tidurnya dan membuka pintu. Berjalan ke dapur yang gelap, lampunya masih mati. Dia merasakan tepukan pada pundaknya dan melihat ke belakang.
"SELAMAT ULANG TAHUN!!"
Lampu di ruangan dapur menyala dengan terang memperlihatkan 3 orang remaja yang seusia dengannya. Mereka memakai topi ulang tahun kerucut. Mereka meledakan confetti popper mereka. Alhasil banyak konfeti yang berhamburan dia area dapur. Hari ini ulang tahun Hael yang dinanti-nantikan. Hari ini tanggal 24 september Hael resmi berumur 16 tahun dan kini dia dapat merayakannya Bersama teman-temannya.
Lumiere, Haiden dan juga Darren tampak sangat diatas meja makan. Kue coklat dengan icing warna biru, warna kesukaan Hael. Haiden mengeluarkan 2 buah lilin dan memasangnya di atas kue Hael dan menyalakan lilinnya. Ketiga temannya bernyanyi untuk Hael meniup lilinnya.
Setelah mereka memakan kue coklat yang enak itu, Hael berdiri dan pergi meninggalkan ruang makan dan teman-temannya yang sedang kekenyangan. Dia berjalan ke lantai 2 dan menemukan 2 ruangan kamar tidur. Kamar tidur di kanan adalah miliknya dan kamar tidur di kiri adalah milik adiknya. Dia membuka pintu kamar yang ada di sebelah kiri. Adiknya sedang bermain di komputer memakai headphone. Dia menutup pintunya kembali dan melihat kalender di dinding, 24 september tahun 2018. Hael berjalan perlahan menuruni tangga, dia bergegas untuk pergi keluar namun di cegah oleh Darren.
“Kamu mau kemana, El? Main UNO dulu yuk sama kita!” Darren menyeret Hael ke ruang tamu. Lumiere dan Haiden sudah berada disana dan karunya sudah disediakan. Hael mengambil kartunya lalu duduk di sofa. Waktu berlalu dan Hael menang 3 kali berturut-turut.
“Hael kayaknya udah jadi pemain profesional deh. Udah ah, foto-foto yuk buat kenang-kenangan kita.” Lumiere merapihkan kembali kartu-kartu yang tadinya berserakan di atas meja. Mereka berempat berjalan ke kaca besar yang berada di ruang tamu. Hael melihat dirinya sendiri dan teman-temannya di kaca, mereka tampak bahagia.
Hael tidak berhenti begitu saja dia tetap mencoba untuk pergi keluar. Kali ini Lumiere mencegahnya sambil memberikan senyuman. "Hael, nonton film yuk!" ajak Lumiere. Mereka pun duduk di ruang tamu lagi memandangi televisi yang lumayan besar. Hael melihat cerminannya dan teman-temannya. Di cerminan itu Hael dapat melihat muka kosongnya dan wajah sedih teman-temannya. Dia pun menoleh melihat wajah mereka semua akan tetapi Lumiere, Haiden dan Darren terlihat sangat ceria. Bagaimana bisa...?
Film itu berakhir dengan akhir yang bahagia. 2 jam sudah berlalu walau disini tidak ada jam sama sekali Hael tahu berapa waktu yang mereka habiskan. Dia bangkit dari sofa dan berjalan lagi ke pintu luar. Haiden mengikutinya dia tidak menghentikan Hael untuk pergi keluar.
"Hael? Kalo kamu mau pergi keluar gunakan mobilmu saja jangan berjalan sendiri. Banyak orang jahat di area ini kamu tahu sendiri." Haiden sangat perhatian dengan Hael bagaimanapun mereka adalah teman dekat. Haiden memberikan kunci mobil kepada Hael dan melambaikan tangannya.
Haiden kembali bersama Lumiere dan Darren. Hael berjalan ke garasi membuka pintunya dan menyalakan mobil punya nya. Dia mengemudi entah kemana. Tujuan hidup itu apasih? Melamun tidak ada gunanya apalagi jika sedang berkendara. "Fokus." ucap suara yang ada di kepalanya. Hael langsung terbuyar dari pikirannya namun semua itu sudah terlambat.
Tabrakan mobil terjadi. Hael masih bisa membuka matanya namun tubuhnya sangat lemas. Mobilnya menabrak mobil lain tapi kenapa? Padahal lampu lalu lintas itu berwarna hijau terang, lantas siapa yang salah disini? Pelaku itu keluar dari mobilnya memeriksa keadaan Hael.
"Hael?! Hael bangun nak!" Orang yang menabrak Hael adalah orang tuanya sendiri. Disitu Hael menghembuskan nafas terakhirnya dan disitu juga adik Hael, Lennyn, kehilangan sosok kakaknya.
First Person POV
Aku terbangun di kamarku dengan nafas yang sesak. Air mataku mengalir membasahi kedua pipiku. Aku bergegas keluar dari kamarku. Hari ini, tanggal 24 September 2022, ulang tahun almarhumah kakakku. Mamah dan papahku sudah berada di ruang makan menyantap sarapan mereka. Aku pun duduk di bangku yang sering kakakku pakai.
"Mah, pah, kakak kenapa bisa kecelakaan sih?" Pertanyaan ini sudah aku tanyakan tiap tahunnya namun aku tetap bertanya karena aku rasa orang tuaku menyembunyikan sesuatu sekarang aku tahu yang sebenarnya terjadi.
"Lennyn, kan mamah dan papah udah ngasih tahu kamu. Kakak kecelakaan karena di tabrak sama mobil lain." jawab papah dengan lemah lembut.
"Lalu? Pelakunya gak ditangkap?" Aku melihat muka kedua orang tuaku. Mereka tampak cemas seperti takut terhadap sesuatu.
"Pelaku... Sampai hari ini tidak ada yang tahu pelakunya siapa, nak. Kita ikhlaskan saja ya atas kepergian kakak." Aku mual dengan kata-kata pembohong itu. Lebih baik mereka jujur kepadaku daripada terus menutupi kebenaran yang ada.
"Aku kenyang." Makanan yang dari tadi belum aku sentuh sama sekali. Selera makanku jadi hilang. Padahal ini adalah makanan favoritku.
"Tapi kamu belum makan apa-apa nak—"
"Aku sudah kenyang memakan semua kebohongan yang kalian beri kepadaku." Aku memotong perkataan mamahku. Bukannya orang tua adalah orang yang bisa dipercaya oleh anak-anaknya?
Aku mengambil tasku dan membuka pintu depan. Papahku menghentikanku dengan ekspresi sedih. Aku tidak tahu mana orang yang harus aku percaya lagi. 4 tahun sejak kepergian kakak, apakah itu waktu yang cukup untuk memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi?
"Aku tidak mau tinggal dengan orang-orang yang membunuh kakakku."
...
Kakak, aku tidak tahu apa perasaanmu saat hari ulang tahun terakhirmu karena aku sibuk bermain di kamarku. Maafkan aku. Haiden merasa bersalah karena menyuruhmu menggunakan mobil saat pergi. Dia bunuh diri setahun setelah kematianmu. Darren menyesal karena belum meminta maaf kepadamu karena telah menarik tanganmu terlalu keras sampai kamu kesakitan. Sedangkan Lumiere hanya terdiam melihat kenang-kenangan dirimu yang tersimpan di handphonenya.
Kalau saja aku bisa mengulang waktu...
Mimpi itu datang ketika aku sedang demam. Aku suka bermimpi aneh ketika sedang sakit tapi aku tahu ini bukan mimpi biasa. Ini semua memori kakak kan? Jika saja aku tidak terkena demam apakah aku akan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada kakak?
Ini pertama kali aku berterimakasih karena Tuhan memberikanku penyakit.
Posting Komentar