0

 Pt.2

"Itzel, apa yang kamu inginkan untuk hadiah mu yang ke 17?" Suara papa membuyarkan lamunanku, sehingga aku menatap kearahnya. Wajah papa masih sama dari umur ku dulu 7 tahun, dan dia masih terlihat sangat muda. "Aku... Akan memikirkan nya dulu."

Aku memang harus memikirkannya dulu, ingatan masa kecil ku agak samar sekarang. Aku memasuki kamar ku yang masih sama seperti dulu, hanya berbeda beberapa saja. Banyak buku-buku di rak, aku duduk di atas kasur ku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Aku memandang boneka kelinci ku, yang terpajang di salah satu rak. Aku beranjak ke rak buku, dan berjinjit untuk mengambil nya. Sudah lama sekali sejak umur 7 tahun, aku sudah tidak menyentuh boneka ini. Aku lebih sering belajar dan bekerja, ataupun membaca buku.

Aku mengusap beberapa debu di boneka itu, membersihkan nya dengan tangan ku. Aku tersenyum tipis mengingat kenangan dengan boneka ini, ini adalah hadiah dari mamaku saat aku bayi. Aku meraba-raba setiap bagian boneka itu, aku merasakan ada resleting dari punggung boneka itu. Aku tidak ingat pernah menemukan resleting ini? Aku pun memutuskan untuk melihat apa yang ada didalam boneka kelinci ku ini. Ternyata ada sebuah bungkusan kertas, aku membuka bungkusan itu. Di dalam kertas ada tulisan tangan ibuku, dan ternyata ada sebuah liontin. Liontin itu berbentuk bulat dan memiliki warna putih, tiba-tiba warna liontin itu berubah menjadi warna biru. Aku tersentak kaget dan reflek melempar ke kasurku, aku mencoba meyakinkan apakah aku salah liat apa bagaimana? Aku mengintip kearah liontin itu lagi, dan ternyata memang berwarna biru. Tangan ku perlahan meraih liontin itu melihat nya secara detail, tali dari liontin itu berwarna hitam biasa, halus seperti kain. 

Aku menaruh liontin itu di samping ku, dan membuka surat yang tertulis "To: My beautiful daughter, Itzel♡". Kertas dari surat itu cukup kusam, karena sudah terlalu lama tetapi masih bisa terlihat tulisan nya. Tiba-tiba saja aku mendengar ketukan pintu dan papa masuk ke kamar ku, aku pun langsung menutup surat itu dan menyembunyikan nya. 

"Kau belum tidur sayang?"

"Belum pa..."

Ayah duduk disampingku kemudian menatap ku, dengan tatapan yang lembut dan penuh cinta. Aku pun mulai berpikir betapa beruntungnya mama bertemu dengan papa, atau justru papa yang beruntung bertemu mama? Entahlah aku tidak tau. 

"Bolehkah papa bertanya?"

Jantung ku berdetak sedikit lebih cepat, hal ini menjadi salah satu yang ku takutkan dari dulu. Bagaimana jika papa tau bahwa aku tau rahasia nya? Atau justru papa ingin menanyakan aku soal keputusan ku di masa depan? Aku belum siap akan pertanyaan-pertanyaan itu, tetapi aku memutuskan untuk tetap tenang. 

"Tentu pa..." Suara ku cukup terdengar pelan serta gugup.

"Apa Itzel mengetahui sesuatu tentang papa?" 

Tepat sasaran aku terdiam bisu, apakah aku terlihat begitu bohong di hadapan papa?

"Maksud papa?" Lebih baik aku bertanya, daripada aku salah jawab. 

"Soal catatan papa di buku, kau sudah membacanya?" 

Tentu saja aku sudah membaca semuanya! Malah dari umur ku 7 tahun, tetapi aku tidak akan menjawab seperti itu.

"Aku... Membacanya sedikit" aku merasa sedikit berdosa karena berbohong? Yang penting aku sudah jujur. Aku melihat papa mengangguk dan tersenyum lagi, kemudian papa mengelus rambut ku. 

"Tidak apa, papa hanya bertanya. Jika ada sesuatu yang ingin kau tanya, tanyakan saja oke?"

Aku tidak bisa berkata apapun lagi dan hanya mengangguk, tanda mengiyakan perkataan papa.

Karena perbincangan kecil kami tadi membuat ku tidak bisa tertidur, aku masih terngiang dengan apa yang papa katakan. Aku memutuskan untuk menyalakan kembali lilin, dan mengambil boneka kelinci ku. Aku membuka surat yang ditulis mama.

"August 26 1730

Mungkin kamu akan bingung dan bertanya-tanya, seperti apa sosok mamamu Itzel.... Maka lihatlah buku yang papa mu tulis, di situ ada wajah ku dan juga papa mu. Mama akan sangat senang melihat mu tumbuh besar nanti, dan mama berharap akan selalu berada disisi mu. Kau tidak perlu khawatir soal masa depan mu sayang... Akan selalu ada jalan untukmu. Mama akan selalu memberikan mu petunjuk, ikuti lah suara sang angin yang bernyanyi. Dan ingatlah satu hal yang penting, untuk tidak pergi terlalu jauh..."

Ku tutup kembali surat itu dan ku masukkan kembali ke boneka kelinci ku, ku matikan api dari lilin dan ku pejamkan mataku. Didalam pikiran mulai kembali tenang dengan surat dari mama, walaupun sepertinya ada beberapa hal yang tak ku mengerti dari apa yang mama sampaikan di surat itu.

Posting Komentar

 
Top