Angin berhembus kencang meniup kota Jogja di malam hari. Saat itu, aku berpikir bagaimana jika tiba-tiba seseorang datang menghampiriku? Suara bising dari keramaian itu mengingatkanku dengan sesuatu.
_"Izinkan aku pulang ke kotamu, ku percaya selalu ada sesuatu di Jogja."_
Ah, sepertinya tidak mungkin. Tidak mungkin ada seseorang menghampiri orang seperti aku yang sangat lemah, bahkan untuk hidup dalam kebahagiaan saja tidak bisa bertahan lama. Orang tuaku saja juga tak mau menerima kehadiranku di dunia ini, apalagi orang asing yang tak mengenali diriku?
"Anak bodoh! Hal sekecil ini saja tidak bisa?! Mau jadi apa kamu di masa depan?! Sudahlah, aku tak tahu lagi. Urus saja dirimu sendiri." Dia bilang hal sekecil ini saja tidak bisa, apa mencari nafkah untuk keluarga yang suka berjudi, ratusan ribu langsung hilang dalam sekejap itu adalah hal kecil? Entahlah. Aku juga tak tahu arah pikiran orang itu seperti apa.
Malam itu aku menghampiri toko kopi di Malioboro, dan membeli segelas kopi.
Kring!
"Selamat datang di coffe shop!"
Aku membuka pintu, dan pergi ke arah kasir, dan memesan kopi Macchiato.
Kring!
"Terimakasih telah membeli!"
Aku pergi menuju taman terdekat yang sering ku hampiri saat aku sedang minum kopi "bersamanya", sambil membawa sebuah kotak. Dipikir-pikir, bagaimana aku bisa ke kota ini ya? Awalnya aku takut untuk tinggal di kota ini. Dan aku terpaksa pergi ke kota ini karena di kota sebelumnya aku tinggal, aku tidak memiliki kebahagiaan yang bertahan lama, aku tidak memiliki kisah yang indah seperti orang-orang pada umumnya.
Dan aku mengenal kota ini karena seorang pria, dia sekitar 3 tahun lebih tua dariku. Persis sama seperti ini, 3 hari aku sampai di kota ini, aku ingin menjelajahi Malioboro, tapi aku tak tahu apa-apa, jadi aku membeli kopi Macchiato, dan duduk di taman yang sama. Tiba-tiba, pria itu menghampiriku,
"Hai! Butuh bantuan? Kamu sepertinya kebingungan."
"A-ah, iya.. aku, aku baru disini-"
"Oh! Kau baru datang ke kota ini? Ikuti aku, aku akan memperkenalkan Jogja kepadamu, dan kau harus tau apa saja yang ada di Malioboro!"
"...um, terimakasih?"
Sejak saat itu aku dan dia menjadi teman, kita lumayan dekat karena kita sama-sama suka kopi Macchiato. Kami sering menghabiskan waktu bersama. Dia adalah satu-satunya orang yang aku percayai. Dia selalu mendengarkan semua keluh kesah ku, dia selalu ada di sampingku, aku selalu bersandar di bahunya, benar-benar sangat nyaman.
Tapi aneh, saat aku bersama dia, jantungku berdebar kencang, aku merasa bahagia dan nyaman saat aku bersamanya, itu perasaan apa ya?
"Hei, bulannya indah, ya?"
"Huh? Iya, cantik"
"Benar, kayak kamu."
"Ah.. makasih.."
aku merasa jantungku berdebar sangat kencang, tidak seperti biasanya, aku merasa seperti udang rebus, apakah pipiku memerah?
"Bulannya sangat sangat cantik. Ada bintang yang menemaninya disana. Bintang itu sangat terpukau dengan keindahan bulan malam ini. Dia seperti berkata "kau sangat indah, aku tak ingin meninggalkanmu, bulan." Tapi apa kau tahu? Walaupun sepertinya bulan dan bintang selalu bersama, tapi pasti ada saatnya dimana mereka berpisah, karena waktu."
Malam itu dia bercerita tentang bulan. Aku hanya bisa mendengar dan menatapnya, karena aku tak mengerti apa maksudnya.
"Khusus malam ini, aku traktir Gelato rasa kesukaanmu, Cookies and Cream! Kau mau?"
"Mau!! Ayo beli!!"
Apa maksud dia "khusus" malam ini? Entahlah. Yang penting aku mendapatkan Gelato favoritku dengan gratis.
"Apa maksudmu?"
"Huh? Maksud.. apa..?"
"Malam ini kamu bercerita tentang bulan dan bintang yang bersama, juga hari ini kamu belikan aku Gelato favoritku."
Dia tersenyum, dan mengeluarkan sesuatu dari belakangnya. Itu adalah sebuah kotak.
"Apa ini?"
"Ini kotak kenangan. Semua foto kita berdua, bungkus permen kita yang aku beli saat kita pertama kali bertemu, dan ada beberapa barang disini."
"Ini untukku? Dan apa alasanmu memberiku kotak kenangan ini?"
"Ya, ini untukmu. Besok pagi, aku sudah tidak di Jogja. Aku akan pergi ke suatu tempat untuk melakukan sesuatu."
"Apa? Kemana kau akan pergi? Apa yang akan kau lakukan? Apa itu akan lama?"
Aku kaget. Aku merasa sedih malam itu.
"Rahasia. Ya, akan cukup lama, tapi aku tak pasti, tapi aku berjanji aku akan kembali lagi kesini, dan menemuimu."
"Tapi kenapa?" Mataku berkaca-kaca.
"Hey cantik, aku tahu kau sedih. Kau cukup pegang janjiku ini, kau harus percaya padaku. Untuk malam terakhir," dia membentangkan tangannya,
"Mari kita berpelukan!" Aku menangis. Aku menangis di dekapannya. Itu pertamakalinya aku menangis sambil di peluk. Sungguh. Rasanya sangat nyaman. Aku ingin merasakan ini sekali lagi, tidak berkali-kali.
"Berhentilah menangis, cantikmu jadi hilang tau, lihat hidungmu merah, seperti badut! Hahaha! Kalau kamu ingat aku dan kamu rindu padaku, kamu bisa beli kopi Macchiato dan duduk di taman. Jangan terlalu sering rindu padaku ya? Tidak baik minum kopi terus."
Sudah 5 tahun sejak dia pergi dari kota Jogja. Aku tak tahu, apa aku harus percaya dia? Aku rindu padanya setiap malam. Aku membuka kotak kenangan itu, isinya ada cetak foto kita berdua, jepit rambut kelinci berwarna kuning, aku pernah bilang padanya kalau aku suka jepit rambut berbentuk kelinci, ada bungkus permen saat kita pertamakali bertemu. Aku rindu semua itu.
Dep.. Dep..
"Aku membayangkan jika dia ada disini,"
Dep.. Dep..
"Aku akan menjambak rambutnya, "
Dep.. Dep..
"Aku akan tarik hidungnya,"
Dep.. Dep..
"Karena aku sangat rindu padanya, dia sangat menjengkelkan, sudah 5 tahun tidak kembali!"
DOR!
"AAAH!!!"
"Hahaha! Kau masih sama seperti dulu ya? Masih kagetan hahaha! Lucu!"
"Kau?! Kapan kau kembali?! Kenapa kau lama sekali hah?! Apa kau tak tau aku rindu padamu hampir tiap malam?! Aku tak ada teman cerita lagi semenjak kau pergi apa kau tahu?!" Aku menjambak rambutnya, aku tarik hidungnya, aku pukul dadanya, aku mencubit pipinya.
"Aw aw aw, oke maaf, maaf. Karena aku kembali hari ini, ayo kita beli kopi Macchiato dan Gelato rasa cookies and cream!"
"Benar benar ya kamu, bisa aja membujukku!"
"Tapi sebelum itu," dia merogoh sakunya dan mengambil kotak kecil dari sakunya dan berlutut,
"Isyana Diajeng Pramudita, wanita tercantik setelah ibuku yang pernah aku temui. Semenjak kita kenal lebih dekat, aku mempunyai perasaan padamu. Aku nyaman didekatmu, aku sudah berjanji pada diriku, jika aku sudah mapan, aku datang padamu. Isyana Diajeng Pramudita, maukah kau menikah denganku?"
Aku sangat sangat terkejut. Juga bahagia. Aku tak menyangka kah ini akan terjadi malam ini.
"Andhika Pradipta Maheswara, pria yang menghampiriku saat aku kebingungan di Malioboro. Dia membantuku untuk mengenal kota Jogja. Karena dia, aku menjadi cinta dengan Jogja. Kota Jogja sudah sangat melekat di hatiku. Tapi kau tahu? Ada yang lebih melekat di hatiku selain Jogja. Itu adalah kau. Ya, aku menerima perasaanmu, Andhika Pradipta Maheswara."
Dia memasukkan cincin ke jari manisku, dan kita berpelukan. Aku sangat sangat bahagia malam itu. Kita berpelukan, setelah sekian lama aku tidak dipeluk olehnya, malam ini aku dipeluk sangat erat. Dan inilah kisahku yang indah di Jogja, berkat dia. Aku beruntung bertemu seseorang seperti dia. Terimakasih, Jogja sudah mempertemuka kita berdua, aku tak tahu bagaimana jika aku tak datang ke Jogja, atau jika dia tidak datang membantuku.
Posting Komentar