0

 [Part 2]


      Asha segera membuka Laptopnya dan mulai membuat struktur skripsi buatan nya. Dengan lihai, jari-jemarinya menari kesana-kemari menulis kata perkata, kalimat perkalimat. Selama seminggu itu Asha sibuk pergi ke berbagai sumber yang akan membantu Tugas skripsi nya itu, ia pergi ke *Perpusnas, beberapa perpustakaan besar dan beberapa Observatorium. 


     Kali ini ia baru saja kembali dari kampusnya, lebih tepatnya perpustakaan kampusnya. Asha masih menggali lebih jauh informasi tentang planet bumi, memang ia sudah menambahkan informasi dari berbagai sumber kedalam laporan skripsinya itu, tapi entah mengapa ia merasa ada yang kurang.


      Asha baru saja selesai membersihkan dirinya dan kembali menatap tulisannya itu sembari menopang wajahnya bingung.


     "Apa? Apa yang kurang? Ku rasa sudah ku masukkan semua yang ku dapat dan ku jelaskan, kenapa rasanya ada yang kurang?" Rasanya kepalanya akan meledak. Asha berusaha kembali mengingat apa yang belum ia tulis, tapi semakin ia berusaha mengingatnya, semakin ia melupakannya.


     Ditengah-tengah pemikiran rumitnya itu, ia Tiba-tiba mendengar meongan Arkie di sebelahnya yang menatapnya sejak tadi. Asha menoleh dan menatapnya, "ada apa dengannya?" Pikirnya menatap Arkie.


    Seakan teringat sesuatu, Asha segera menatap jam dinding di kamarnya itu yang menunjukkan pukul 9 malam.

   "Eh? Sudah jam 9?! Perasaan tadi masih jam 7, cepat sekali..." Ucap Asha terkejut, ia kembali menoleh pada Arkie yang masih setia menatapnya dan mengeong.

   "Kau lapar ya, Arkie? Maaf-maaf, aku benar-benar lupa kau belum makan sejak tadi sore..." Ujar Asha segera beranjak membawa makanan si Hitam kesayangannya itu.


     Sembari menatap Arkie yang makan dengan lahap, Asha masih memikirkan, sebenarnya apa yang kurang? Kenapa terasa ada yang kurang? Tiba-tiba saja, tidak ada angin, tidak ada hujan, terbesik di pikiran Asha tentang Kakeknya yang sudah bertahun-tahun yang lalu pergi.


     Kakeknya dulu adalah seorang ahli seismologi hebat, banyak tempat-tempat kuno baru yang ditemukan olehnya saat meneliti, ia juga beberapa kali membuat dan menceritakan Teori konspirasi yang terpikirkan olehnya. Saat Asha masih berusia sekitaran 5-6 Tahun, ia sering di ceritakan oleh kakeknya banyak hal sebelum tidur. Ada beberapa yang sampai sekarang masih ia ingat, seperti "Melodi Ayaskara", "Saat Nirmana Tenggelam", dan "Irama dan kota Nilam".


       Tunggu, dulu kakeknya adalah seorang ahli seismologi, bukan? Ahli seismologi itu berhubungan dengan bumi, itu artinya mungkin kakeknya memiliki catatan atau buku-buku yang bisa ia baca dan ia pinjam.


      Ekspresi Asha seketika berubah cerah, rasanya ia seperti menemukan jalan keluar setelah sekian lama. Malam itu ia putuskan, kalau Sabtu besok ia akan pergi kembali ke kampung halamannya yang sudah lama ia tinggalkan, dan tentu saja bersama Arkie.


      Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, setelah kelas pagi Asha segera menyiapkan barang-barang yang ia butuhkan dan memasukannya kedalam tas yang akan ia pakai, mulai dari pakaian, buku dan lainnya.

      "Fuuhh...sip! Sekarang tinggal titipin kunci kamar ke ibu Kos, Iya kan Arkie?" Ucap Asha menoleh dan menatap arkie yang berada di dalam kandang portabel nya.


       "Hapunten Bu, saya mau titip kunci kamar, mau pergi pulang kampung dulu.." Asha berbicara sebaik dan seramah mungkin agar tidak mendapat Omelan lagi dari ibu Kos.


       "Pintu kamarnya sudah saya kunci kok, tenang aja Bu" tambah Asha saat melihat Ibu kos menatap tajam dirinya.

       "Yaudah, Awas, hilap ngonci deui...kuring nambihan biaya sasih ieu" ucap ibu kos menerima kunci kamar ku disertai ancamannya.


       "Ehehehe, iya Bu" balas Asha kemudian pergi ke posisi Taksi yang sudah tadi ia panggil. Untung saja tidak banyak yang ia bawa, jadi memasukan tas milikknya kedalam taksi sangat mudah dan tidak terlalu memakan tempat.

Posting Komentar

 
Top