Dulu saat masih kecil, setiap bermain dengan teman-teman aku pasti selalu bilang "kapan ya aku besarnya?" Atau "Aku mau cepat-cepat dewasa!" Sampai teman-teman ku yang lain bosan dan bertanya padaku kenapa aku selalu ingin cepat besar.
Karena saat itu aku masih berumur sekitar 4 tahun, aku selalu berpikir menjadi dewasa akan sangat menyenangkan. Kita tumbuh tinggi, melakukan hal-hal yang saat itu tidak ku mengerti, pergi kemanapun yang kita inginkan.
Tapi nyatanya, semua itu Salah! Belum aku menjadi dewasa, aku sudah merasa ingin menjadi anak kecil kembali.
Hai! Aku Asha. Seorang remaja pertengahan yang merasa sedikit menyesal dulu berkeinginan menjadi dewasa. Aku ingin membagikan sedikit dari pemikiran dan mungkin pengalaman ku yang sudah pernah ku alami.
Seperti cerita ku diawal, memang benar dulu aku bermimpi menjadi dewasa dan semua alasan yang ku sebutkan itu benar adanya. Entah karena aku terlalu banyak menatap layar televisi atau karena terlalu sering memperhatikan kehidupan sehari-hari orang tuaku hingga aku memiliki keinginan seperti itu. Impian itu ku genggam erat-erat, tak pernah sehari pun ku lupakan hingga aku menginjak umur 11 tahun, saat virus mengerikan itu mulai meresahkan pemerintah.
Setelah tertahan 2 tahun dirumah, saat aku menduduk bangku kelas 7. Rasanya aku sudah bukan seperti diriku yang dulu, punggung ku cepat sakit, kaki ku juga tidak bisa diajak jalan lama-lama, bahkan terkadang lengan dan bahu ku terasa pegal tanpa alasan yang ku ingat. Rasanya sudah seperti nenek-nenek saja, sudah badan sering sakit dan pegal-pegal, mata mulai kabur, kalau diajak bicara pun kebanyaka membalasnya dengan "Hah?".
Inilah diriku yang tadinya Produktif jadi hanya konsumtif, banyak orang bilang aku termasuk dalam "Remaja Jompo", yaitu menua tapi tidak sesuai umurnya. Tidak hanya diriku, tapi hampir kebanyakan remaja-remaja sekarang berada di kondisi yang sama dengan ku.
Kalau aku boleh berkata jujur berada di posisi seperti ini SANGAT tidak nyaman. Aku sudah berusaha mengikuti semua tips yang aku bisa, tapi rasanya nasi sudah jadi bubur. Aku sudah tidur cukup 8 jam sehari, tetapi di siang hari tetap terasa mengantuk. Berusaha berolahraga rutin, tapi kaki tidak mendukung. Kadang aku berpikir bagaimana bisa diriku yang dulu bisa tetep aktif lari kesana-kemari tanpa istirahat?, sedangkan diriku sekarang lari tidak ada 2 putaran lapangan saja sudah mau jatuh.
Aku bukannya tidak ingin atau membenci menjadi dewasa tetapi rasanya aku pun belum siap merasakan hal yang lebih lelah dari ini. Menjadi dewasa bukanlah sesuatu yang bisa kita putuskan mau atau tidak mau, karena hal itu akan terjadi secara alami bagi semua makhluk hidup. Walaupun mungkin ada beberapa orang yang mengalami keadaan khusus.
Tapi menjadi dewasa terlalu cepat pun menurut ku tidak terlalu bagus, rasanya seperti kita menyia-nyiakan waktu bebas, waktu mencoba banyak hal baru yang kita inginkan dengan melakukan hal yang sudah kita tentukan menjadi patokan dan keharusan kita di masa depan. Jika aku diberi pilihan pergi ke masa lalu atau masa depan, ku rasa aku akan memilih masa lalu. Aku merasa selama 2 tahun itu aku terlalu banyak menyia-nyiakan waktu dengan hal yang tidak penting yang membuat diriku seperti sekarang.
Walaupun sepertinya aku juga tidak terlalu menyesal melakukan hal itu, hehe. Intinya yang ingin ku katakan dari semua cerita yang ku ucapkan, ialah jangan membuang waktu mu, tetap hargai waktu walaupun kau ingin tetap produktif karena waktu tidak bisa terulang kembali. Buat memori sebanyak-banyaknya dan cobalah hal baru, karena itu mungkin akan membantu mu.
Posting Komentar