0

   Suasana sepi dan koridor yang lengang mampu membuat bulu-bulu di tangan orang yang melewatinya berdiri seketika. Gadis yang baru saja keluar dari perpustakaan itu mengangkat lengan kirinya dan melihat benda berukuran 15 cm yang terpasang mengelilingi lengannya, benda itu menunjukkan pukul sebelas lewat dua sebelas menit. Nadira melangkah cepat menuju ke kamar asramanya. Sekitar 3 menit setelahnya ketika Nadira membuka pintu, terlihat Sarah—teman sekamarnya—terlihat sudah tertidur pulas di top bunk nya. Tetapi Nadira tidak peduli dan bergegas membanting tubuhnya ke ranjang bagian bawah dan memejamkan matanya untuk beristirahat.

Nadira membuka mata dan hendak menarik selimutnya. Tok.. Tok.. Tok.. yang tak lain adalah suara pintu dengan rangka kayu Nyatoh kamarnya diketuk. Nadira heran, sebab yang ia ketahui Sarah sudah tertidur lelap tepat di ranjang atasnya. Nadira bingung, berpikir sejenak haruskah dia membuka pintu kamarnya tersebut. Namun, detik selanjutnya netra Nadira menangkap potret seorang gadis berlesung pipi yang muncul dari balik pintu..

Menyambutnya, dengan senyum lebar khas darinya. "Loh? lo dari mana Sar?" tanya Nadira mengerutkan alisnya. "Gue dari kamar Kaila, nih minjem catetan fisika" jawab Sarah sembari menunjukan buku tulis ditangannya. "Lo gak cuci muka Nad? muka lo berminyak banget, keringetan kaya abis liat setan aja lo" ujar Sarah diiringi tawa kecilnya. Nadira kembali membaringkan tubuhnya di kasur dan menarik selimutnya. "Males, ngantuk." Sarah berjalan menuju bunk bed mereka dan mematikan lampu kamar, lalu naik ke ranjangnya.

Lampu belajar kecil berwujud beruang diatas meja berbentuk persegi tepat disamping ranjang Nadira masih menyala, yang mana membuat kamar itu tidak sepenuhnya gelap. Nadira meraih scrapbook lamanya diatas meja kecil itu. Hendak melihat dan mengenang memori lama dengan teman- teman lamanya. Tetapi diganggu dengan suara dengkuran gadis yang tertidur di ranjang atasnya. Selain itu karena merasakan bahwa matanya sudah berat, Nadira mematikan lampu kecil itu dan pergi untuk tidur.

Nama gadis usia 18 tahun itu adalah Sarah. Wajahnya cantik, tubuhnya tinggi, rambutnya hitam panjang, memiliki lesung pipi yang menghiasi kapanpun ia tersenyum. Nadira terbangun dari tidurnya yang terasa amat singkat. Terdengar suara shower yang menyala dari kamar mandi, menandakan seseorang sedang mandi. Sarah lagi mandi, pikir Nadira. Netranya masih terpejam ketika dia meraba- raba kasurnya, mencari letak handphone miliknya. Nadira membuka kedua bola matanya dan melihat jam pada layar gadget yang ia genggam. Dengan keadaan kamar yang masih gelap, Nadira sedikit menyipitkan matanya akibat sinar dari handphone tersebut.

Pukul tiga dini hari. Hah, jam tiga? Ngapain Sarah mandi jam tiga pagi? ucap Nadira dalam hati. Nadira terdiam. Selain melihat jam, ia juga melihat notifikasi masuk dari kontak WhatsApp bernama "Sarah." Nadira merubah posisi tubuhnya menjadi duduk sebelm membaca chat Sarah. "Diraaa, gue nanti malem nggak tidur di kamar dulu yaa. Gue lagi kerkel di kamar Nadya di gedung asrama 3, jauh kalo malem-malem nanti gue balik ke kamar soalnya ini juga belum selesai. Gue bareng Kisha, Cahaya, sama Kesi juga. Pas lo balik langsung kunci pintu kamar ya."

Deg. Nadira membeku. Karena sampai detik ini ia masih mendengar shower yang menyala. Ditambah pintu kamarnya yang entah dikunci atau tidak. Tak sampai 3 menit setelahnya, pintu kamar mandi terbuka. Netranya menangkap Sarah disana. Itu Sarah, berambut panjang, memiliki lesung pipi, dan bertubuh tinggi, berjalan keluar kamar mandi dan menyalakan lampu. "Sarah? It's really you right?!" "Yeah, it's me." Mendengar jawaban Sarah, Nadira menghembuskan napas lega. "Oh God... gue udah bisa tenang sekarang." Nadira tersenyum yang mana juga dibalas senyuman oleh Sarah. "Udah tenang, apa udah tau?"

Posting Komentar

 
Top