0

  Gadis berusia 15 tahun yang duduk di atas sofa pink itu masih asik membaca novel milik nya. Membaca novel fiksi memang merupakan hobi favorit Nadine setahun belakangan ini. Nadine beranjak dari duduknya setelah membaca selama hampir tiga jam lamanya. Bersamaan dengan langkahnya, gadis berambut ikal sebahu itu berjalan menuju kamar kakak perempuan nya. Tok tok tok... tak ada jawaban. Nadine tetap membuka pintu kamar itu. Masa bodoh, pikirnya. Dia haus. Tetapi terlalu malas menuruni anak tangga kebawah hanya untuk mengambil segelas air. "Kak, aku minta air ya. Haus nih." Dari pandangan Nadine, sosok kakak yang berusia 8 tahun lebih tua daripada nya tersebut hanya menoleh sepersekian detik dan kembali fokus menonton televisi. Nadine mengambil sebuah gelas beling dan menuangkan air dari sebuah botol lain yang berukuran 3 kali lebih besar. "Thanks." Ujarnya sebelum hendak keluar dari kamar itu. "Diem-diem mulu, cosplay setan aja sana kak." Tambah Nadine, bergurau sebelum menutup pintu rapat. Kembali di kamar bernuansa pink miliknya. Kembali juga di sofa pink miliknya, Nadine tadinya ingin melanjutkan membaca novel yang tadi sempat tertunda. Tetapi dia urungkan niat nya ketika melihat panggilan telepon dari kontak nya yang bertuliskan "Kak Nadya." "Haloo?" ucapnya sedetik setelah panggilan terhubungkan.

"Dine? kakak lupa ngabarin ya? aduh maaf banget dine hari ini kakak jadwal piket malam. Dari tadi sibuk banget ngurus pasien. Kamu udah makan, kan? Pintu bawah kunci jangan lupa. Kakak kemungkinan baru pulang besok pagi. Kamu ja-" Nadya di sebelah sana berbicara amat cepat sampai mulutnya berbusa. Kakak Nadine berprofesi sebagai dokter di suatu rumah sakit yang cukup terkenal di daerah nya. Kedua orang tua mereka sedang mengerjakan bisnis di luar kota beberapa minggu belakangan ini. Yang mana menghasil kan Nadine cukup sering menghabiskan waktu dirumah sendirian.

"Hah?" hanya itu, satu kata singkat dari Nadine yang memotong omongan Nadya barusan.

"Hah hoh hah hoh, pintu udah dikunci belum?" 

"Apaan sih kak" intonasi suara Nadine naik. 

"Apaan apanya?" 

"Ngapain ketuk pintu aku?" Nadine beranjak dari sofa pink itu, melangkah ke arah pintu.

"Gimana cara nya kakak ketuk pintu kamu? Kakak kan tadi udah bilang masih di rumah sakit." Nadya mengerut kan alis nya. Sedangkan di rumah, Nadine sudah membuka pintu kamar nya sedikit. Terlihat jelas sosok kakaknya disana. 

"Kak? kok bisa sih kakak telfon tapi kakak nggak pegang hp."

"Dine kamu halu ya?"

"Halu apaan sih kak?! Kakak ngapain senyum-senyum sendiri gitu?!" Nadine membanting dan segera mengunci pintu kamarnya. Kondisi malam itu hujan cukup lebat, yang membuat suasana kamar Nadine amat dingin. 

"Jangan bercanda gini dine."

"Kok aku?! orang kak-" beep beep.. sambungan terputus. Bersamaan dengan terputusnya sambungan itu. Terdengar suara langit yang bergemuruh kencang. Lampu rumah bertingkat tiga itu berkedip. Suasana tambah mencekam. Tak lama kemudian Nadine menerima banyak pesan dari nomor yang tidak di kenal.

"Nadine, gelasnya ketinggalan. Kok dari tadi aku mau masuk gak di buka sih pintunya? Kamu sendirian kan di dalem? Aku juga kok. Aku sendirian di sini. Nadine mau temenin aku gak? Aku paksa masuk yah. Oh atau kamu mau main Hide and Seek? Kalau kamu ketangkep, kamu temenin aku selama nya di sini yah." And the lights went off.

Posting Komentar

 
Top