Kosong, merinding, takut. Itulah perasaan-perasaan yang akhir-akhir ini menghampiri ku setiap malam. Rasanya seperti akan terjadi sesuatu yang buruk.
Memang tak jarang aku merasakan perasaan seperti ini, tak tentu pula kapan datang dan perginya. Tapi akhir-akhir ini, perasaan ini selalu datang setiap malam. Membuatku sulit tidur dan selalu terpikirkan olehnya, terkadang tanpa sadar air mata ku berjatuhan tanpa sebab, Seperti malam ini.
"ck...kenapa sih mata ku ini? Kelilipan ngga, sedih pun ngga" gumamku pelan.
Ku usap kasar mata ku yang sejak tadi terus mengeluarkn air mata. Jarum jam sudah menunjukkan jam 2 pagi dan aku belum tertidur sama sekali, padahal besok aku masih harus sekolah.
"ayo tertidur lah, diriku.. Kita sama-sama lelah disini" gumamku kesal dengan diri sendiri. Tidak heran mengapa tubuhku selalu terasa lelah di pagi harinya jika seperti ini terus, tapi aku juga tak bisa melakukan apapun. Karena setiap ku tutup mata, rasanya banyak potongan ingatan dari masa lalu yang selalu menghampiri ku.
*****
"kakak! Ayo bangun! Mau sekolah ga?" panggilan ibu membangunkanku. Aku bangkit dan duduk terdiam di pinggir kasur, menikmati rasa lelah dn pegal di seluruh tubuhku terutama punggung ku.
"kenapa diam saja disitu? Mandi sana" ucap ibu selesai menyetrika seragam ayah.
"iya buu" balasku dengan suara parau. Entah mengapa tenggorokan ku terasa sakit, apa karena aku menangis?
Dalam waktu 15 menit, aku sudah selesai menyiapkan diriku. Seragam putih, dasi abu-abu tua beserta gesper dan *almet telah ku pakai, tersisa kaos kaki dan sepatu yang belum ku pakai.
Hari ini sarapan ku adalah nasi goreng dengan teh sebagai minuman. Tidak aneh tentu saja, nasi goreng adalah menu nomer 1 jika berhubungan dengan sarapan.
Tapi semenjak beberapa hari yang lalu, aku merasa seperti kekurangan nafsu makan. Rasanya aku tidak bisa memakan lebih dari 5 sendok, tidak hanya pada makanan tapi juga pada minuman. Terkadang teh yang biasa ku minum untuk menemani sarapan ku ingin sekali ku muntahkan. Tidak hanya pada teh, terkadang pada air putih biasa pun begitu entah mengapa.
"ibuu! Aku berangkat yaa!" seru ku sembari memakai sepatu ku. Ibu membalasnya dari dapur, tetapi terdengar samar oleh ku.
Selama perjalanan ke sekolah, pikiranku penuh dengan semua ingatan yang kembali diputat tadi malam. Perasaan yang sama pun samar-samar ku rasakan. Sejak beberapa tahun yang lalu, aku selalu merasakan perasaan ini dan ada saja kejadian atau sesuatu yang terjadi didekat ku, entah berhubungan atau tidak. Saat awal-awal ku rasakan perasaan ini, ku selalu mengabaikannya dan merasa ini hanya karena diriku yang *lebay dan penakut.
Tapi seiring berjalannya waktu, banyak kejadian yang terus terjadi beberapa contohnya adalah sekolahku yang beberapa kali terkena kasus dan modus penipuan yang menargetkan beberapa siswa di sekolah. Sebenarnya tudak hanya di sekolah ku, aku dengar ada kabar bahwa sekolah lain seperti **** 06 dan *** 48 terkena kasus yang tak jauh berbeda dengan kasus di sekolah ku.
Awalnya aku tetap tidak ingin menerima spekulasi ku ini dan berpikir hanya kebetulan, tapi ini terlalu sering jika disebut kebetulan. Mungkin memang semua kejadian itu kebetulan, tapi bagaimana dengan perasaan ku yang selalu datang ini sehari atau beberapa saat sebelum semua hal itu terjadi?
*****
Tanpa sadar aku sudah mencapai area sekolah, lekas kubawa diriku masuk kedalam ruang kelas. Melihat teman akrabku sudah datang lebih dahulu, pikiran-pikiran aneh itu mulai lenyap dan tergantikan dengan rasa gembira dan semangat.
"liynn, kamu masuk pagi sekali hari ini" ucapku mendekati mejanya, yang juga merupakan mejaku.
"hehehe, iya nih. Hari ini ayahku dapat jadwal piket pagi" balas liynn, dengan nama asli liyana. Tak ada maksud lain, aku memanggilnya begitu karena terasa lebih simpel saja.
Sembari meletakkan tas dan memyiapkan buku mata pelajaran pertama, dapat kurasakan tatapan intens dari sebelahku yang tak lain dan tak bukan adalah liynn.
"kenapa kau menatapku seperti itu? Ada sesuatu di wajahku kah??" tanyaku padanya.
"hmm.. tidak sih, wajah mu normal. Masih ada 2 mata, 1hidung dengan 2 lubang, 2 alis dan 1 mulut" balasnya. Aku tahu ia mengatakan itu dengan niat bercanda, tetapi tatapannya tetap saja mengganggu ku.
"lalu? Kenapa kau masih menatapku begitu??" tanyaku lagi, kali ini dengan mengerutkan alisku.
"yaaaa... Bagaimana ya? Entahlah, aku hanya merasa kau lebih muram(?) hari ini" balasnya setelah menyadari perubahan ekspresi ku.
"muram? Benarkah??" tanyaku bingung.
"iya! Seperti, hmmm... Coba ku tebak" ucapnya menyentuh pelipisnya. Aku diam memerhatikannya, jika saja ia bukan teman ku, aku akan menyebutnya kekanak-kanakan dan aneh.
"oh! Seperti kau saat merasakan sesuatu yang buruk, iya itu dia!" ucapnya spontan setelah beberapa menit. Dengan senyum lebar, ia menantikan jawaban ku.
"... Iya-iya, kau benar" ucap ku mengalah.
"wihh.. Keren banget kan bisa nebak" ucapnya dengan nada bangga.
"terserahlah.." balasku malas, meladeni anak ini memang perlu energi khusus dan extra.
"tapi ngomong-ngomong, kali ini kenapa lagi ya? Apa yang bakal terjadi lagi kali ini??" tanya nya penasaran sembari menatapku.
"kenapa kau bertanya dengan ku?" balasku dengan pertanyaan juga.
"yaaahh... Karena biasanya setiap kau merasakan perasaan tidak enak seperti itu, pasti ada _something_ yang terjadi, kan?" ucapnya. Aku hanya balas mengangguk.
"tunggu... Apa kali ini akan ada razia?!" tanya nya panik, entah pada dirinya sendiri atau pada ku.
"aaahhh.. Aku harus ceoat menyembunyikan parfum dan *hp ku" ucapnya bermonolog, sembari membongkar isi tasnya.
"kenapa kau panik? Biasanya kau santai saja" tanya ku bingung melihat kelakuannya kali ini.
"... Apa kau *mendownload atau melihat sesuatu yang seharunya tidak kau lihat?" tanya ku lagi, kali ini dengan nada dan tatapan curiga.
"apa? Tentu saja tidak. Tidak mungkin aku seperti itu" balasnya sembari kembali memasukan beberapa barangnya kembali ke dalam tasnya.
"lalu?" tanyaku lagi.
"ntahlah, kalau ku lihat kau seperti sudah merasakan 'perasaan buruk' ini sejak kemarin-kemarin, jadi bisa saja ini sesuatu yang akan sangat besar terjadi" ucapnya menjelaskan. Yaaa, itu cukup masuk akal bagiku.
"jadi aku hanya ingin bersiap-siap saja, jaga-jaga" lanjutnya.
Sebelum bell masuk berdering, liyana telah kenyembunyikan *hp dan parfum nya di suatu tempat. Jadi selama pembelajaran berlangsung ia merasa lebih tenang, walau tetap saja ada rasa *was-was, takut ada yang menemukan barang-barang nya itu. Jam istirahat pun datang, bell berbunyi tanda pergantian waktu.
*****
"liynn, ada saran ga gimana cara supaya aku ngga ngerasa kayak gini terus?" tanya ku disela-sela makan ku.
"ngerasain perasaan buruk itu ya? Hmmm... Maaf nih, aku ga ada saran" balasnya. Aku menghela napas, rasa lelah selalu merasakan perasaan ini.
"memangnya kenapa? Bukankah ini sedikit menguntungkan jika kita tau akan terjadi sesuatu? Yaaa... Walaupun itu dalam bentuk abstrak" tanya nya.
"entahlah, mungkin iya menurut orang lain. Tapi bagiku ini sangat menganggu, ini membuatku cepat panik, sering ketakutan dan membuat tubuh dan pikiran ku lelah" balasku menjelaskan secara singjat apa yang biasa kurasakan.
"hmm... Begitu, maaf ya. Walaupun terkadang aku juga merasakan perasaan buruk, tapi sepertinya tidak seperti perasaan buruk milikmu" ucapnya sedikit merasa bersalah.
"jujur saja, aku merasa perasaan buruk yang kau rasakan itu seperti indra keenam" ucapnya lagi dengan cengiran khasnya.
"kalau pun benar ini indra keenan, aku tidak pernah mengharapkannya. Sangat mengaggu ketenangan dan kedamainan kehidupan ku" ucapkan dengan nada gerutu.
"hahahaha, mau gimana lagi. Kau kan tak bisa memilih mau seperti apa dan bagaimana" ucapnya.
"iya sih" balasku lesuh, lalu menghelas napas lelah.
"kau sudah bicarakan dengan orang tua mu? Mungkin mereka bisa membantu" tanya liynn seraya memberi saran.
"mereka tidak akan percaya, aku bilang aku mendengar suara tawa di kamar mandi saja mereka tak percaya. Padahal nenek ku percaya dan saudara nenek ku juga merasa seperti itu, padahal hanya lewat *videocall" balasku sembari sedikit menceritakan.
"begitu ya, yaaah... Aku tidak bisa membantu" balasnya.
"iyaa aku tahu, terimakasih untuk sarannya" ucapku.
"No problem" balasnya.
"yaudah, ayo kembali ke kelas. Sebentar lagi bell masuk" ajak ku sembari bangkit dari kursi kantin.
"ayok! Anyway, nanti pulang bareng ya? Temenin" ucapnya sembari mengikuti langkah ku.
"iya-iyaa" balasku padanya.
Posting Komentar