0

Part. 1


Drap drap drap


Suara langkah kaki serta suara keriuhan bercampur.

"Benar kan ya, ada disini?" Batin seorang dokter spesialis anak yang baru mulai kerja di Rumah Sakit Loka.


Tok tok tok


"Permisi.." suara pintu terbuka,

"Rayman, ada siapa disana?"

"Ada orang asing. Halo, mau cari siapa?"

"Em.. dokter Gavin, ada?"

"Ada! Sebentar ya!"


Anak itu berlari menuju suatu ruangan. 


"Lukisan yang indah, aku belum pernah melihatnya.." Batin si dokter baru. Ia melihat ada seorang anak yang sedang melukis. 


"Lukisanmu sangat indah.."

"Oh, terimakasih kakak!" Anak itu menoleh ke arah si dokter baru, dokter itu benar-benar terkejut. 

"Dia.. buta?" Batin si dokter. Anak ini bisa membuat karya yang sangat indah tanpa melihatnya. Sungguh menakjubkan! 


"Ugh! Bodoh! Ayo Danu, berusaha! Gunakan otakmu semaksimal mungkin! Ayah dan bunda tidak akan bangga dengan anak bodoh sepertimu!" Si dokter mendengar kecohan, ia mendekati anak itu perlahan. 

"...apa ini? Banyak sekali remukan kertas di dekat anak ini." Si dokter membuka remukan kertas tersebut.

"Rumus?" Ada banyak rumus serta hitungan dalam remukan kertas tersebut. Sebenarnya hitungannya sudah hampir sempurna, tapi anak ini memilih untuk menghitung ulang sampai benar-benar sempurna? Anak ini benar-benar tidak mudah menyerah.


Si dokter melihat ke pojok ruangan, ada anak yang sedang duduk meringkuk sambil melamun.


"Ah! Selamat datang!" Sapa dokter Gavin sambil berjalan ke arahnya, dan dibuntuti oleh anak yang menyapanya tadi.

"Selamat pagi dokter Gavin."

"Uh, kalau tidak salah namamu dokter Dareen kan? Dan sepertinya kamu mungkin agak terkejut melihat keadaan ruangan 'Blue Butterfly' ini." Jelas Gavin

"Ah, itu tidak masalah bagiku." Dareen hanya tersenyum setelah melihat ruangan ini.


"Adik-adik, perhatian sebentar. Jadi disini, kalian mempunyai dokter baru."

"Perkenalkan adik-adik, nama kakak, kak Dareen. Kakak akan menemani kalian semua disini."

"Halo kak Dareen! Aku Rayman! Aku sangaaaat suka coklat! Apa kak Dareen suka coklat?" 

"Halo Rayman! Wah, serius Rayman suka coklat?? Kakak juga suka loh, lain kali kakak belikan coklat mau?" 

"Mau!! Mau banget!!"


"Rayman, sudah jadwalnya kamu kemoterapi, yuk." Dokter Gavin mengajak Rayman untuk melakukan terapi.

"Kak Dareen, Rayman terapi dulu ya! Dadah!"

"Oke, dadah!" Jujur saja, Dareen sempat kebingungan dengan situasi tadi. Apa yang dimaksud Gavin? Kemoterapi?

"Dareen, ku tinggal sebentar ya, kamu kenalan saja dengan yang lain." Ucap Dokter Gavin.

"Aman!"


Dareen menghampiri seorang anak yang melukis tadi.

"Halo! Siapa namamu?"

"Halo, kak Dareen! Aku Atma, Atmadja!"

"Halo Atma! Waah, lukisanmu sangat bagus! Atma, bolehkan aku bertanya?"

"Boleh! Kak Dareen mau tanya apa pada Atma?"

"Apa cita-cita yang Atma inginkan?"

"Hmm, Atma ingin menjadi pelukis hebat yang terkenal, dan juga.."

"Dan juga?"

"Atma ingin melihat pameran para pelukis terkenal di museum.."

"Aah, begitu. Kakak berjanji cita-citamu akan segera tercapai!"

"B-benarkah..?" 

"Atma, teruslah berkarya sampai keberuntungan datang padamu."


Sulit mata Dareen untuk menahan air matanya turun.


"Kakak.. kak Dareen kenapa sangat baik padaku?"

"Karena kakak sayang Atma."

"Benarkah?? Tapi kenapa kalau ayah yang sayang pada Atma, dia menjambak rambut Atma?" Oh Tuhan. Anak ini benar-benar sangat polos. Terbuat dari apa hatinya?


"Kak Dareen tidak sama dengan ayah, kalau kak Dareen yang sayang sama Atma, Atma ga akan merasa kesakitan."

"Aah begitu, baiklah kak Dareen, Atma mau melanjutkan lukis ya!"

"Oke Atma!"


Dareen kembali menghampiri seorang anak yang sedang sibuk sendiri dengan kertasnya.


"Halo?"

"AMPUN! JANGAN PUKUL DANU! MAAF AYAH, DANU AKAN BERUSAHA! TOLONG JANGAN PUKUL DANU, AYAH!!" 

..apa? Apa yang terjadi pada anak ini?

"Hey..hey, jangan takut. Ayahmu tidak ada disini."

"A-ah.. m-maafkan Danu kakak.."

"Tidak apa-apa, Danu. Kakak yang akan menjagamu disini dari ayahmu."

"Kakak maafkan Danu, saking sibuknya Danu dengan ini, Danu lupa untuk berkenalan dengan kakak."

"Tidak masalah Danu. Nama kakak, kak Dareen. Jika Danu butuh bantuan, kakak bisa membantu."

"Baiklah kak Dareen!"

"Danu, apa cita-citamu?"

"Danu ingin masuk ke sekolah impian Danu dan membuat Dokter Gavin, serta kakak mungkin? bangga padaku!"

"Cita-citamu pasti tercapai, Danu. Omong-omong, apa Danu sedang kesulitan?"

"Iya kakak, Danu tidak tahu bagaimana cara menyelesaikan soal ini.."

"Mau kakak bantu?"

"MAU!! MAU BANGET!"

"Oke, jadi rumusnya begini" Dareen menjelaskan secara rinci. Ia sangat berharap Danu bisa masuk ke sekolah impiannya.


"Aah jadi seperti itu, kalau sudah tahu rumusnya jadi mudah ya! Terimakasih kak Dareen sudah mau mengajarkan Danu!"

"Sama-sama Danu, lain kali kalau butuh bantuan, tanya kakak ya?"

"Baik kak!!"



Hari ini Dareen sudah kenalan dengan 3 anak. Tersisa 1 anak yang sedang duduk meringkuk sembari melamun. Dareen berusaha mendekati anak tersebut.


"Halo?"

...tidak ada jawaban dari anak itu.

"Halo, siapa namamu?"

"I.. i-ivan."

"Hah? Apa?" Suara anak itu sangat kecil, Dareen tak dapat mendengarnya.

"IVAN! I-IVAN!" Dia berteriak

"Ah baiklah Ivan, santai saja. Nama kakak, kak Dareen."

...tak ada jawaban lagi dari Ivan. Canggung rasanya saat itu.


Cklek


"Kulihat, sangat lancar ya perkenalannya." Dokter Gavin sudah kembali.

"Ah, ya, lumayan. Bagaimana dengan Rayman?"

"Dia sedang terapi bersama dokter lain disana. Dia terkena penyakit leukimia, dan dimasukkan ke rumah sakit oleh orang tuanya. Di Minggu pertama, orang tuanya sering menjenguknya, tapi setelah 3 Minggu lebih, orang tuanya tak kunjung menjenguk."

"Apa? Orang tua macam apa itu? Kejam sekali! Benar-benar tak punya hati!" 


Dareen tak dapat menahan amarahnya saat mendengar cerita Rayman.


"Entahlah. Aku tak begitu peduli dengan orang tuanya, yang penting Rayman harus sembuh." 


"Aku tahu kau punya banyak pertanyaan, Dareen. Tanyakanlah padaku." Dokter Gavin tahu saat melihat wajah Dareen, pasti mempunyai banyak pertanyaan.


"Ivan. Ada apa dengannya?"

"Namanya Kaivan Buana. dia selalu dijadikan pelampiasan oleh ayahnya saat ayahnya pulang kerja. Suatu saat, ia sedang sakit yang tak kunjung sembuh sampai seminggu, namun ayahnya meninggalkannya ke luar negeri untuk urusan kerja. Karena tak ada yang mengurus, akhirnya ia tetap disini."


Sakit. Sakit sekali Dareen mendengarnya. Beruntung anak itu bertemu dengan Dareen. Dareen berjanji akan menyembuhkan mental anak itu.


"Anak ini pasti selalu nurut. Karena jika sekali saja ia membantah ayahnya, ayahnya akan memukuli dan marah besar. Makanya dia selalu diam dan tak banyak bicara."

"Oh.. begitu.."


"Kalau Danu, dia adalah anak kedua di keluarganya. Ia selalu dibandingkan oleh kakaknya karena ia tidak dapat masuk ke sekolah terbaik, sedangkan kakaknya masuk ke sekolah terbaik, dan selalu mendapatkan nilai tertinggi di sekolahnya."

"Aku agak terkejut saat mencoba berbicara padanya, ia ketakutan seperti, takut dipukul oleh ayahnya..?" 

"Ya, terkadang jika nilai ulangannya rendah, ayahnya menyiksa Danu dengan alasan agar menjadi lebih baik."

"Cih omong kosong. Orang tua macam apa memberi kekerasan pada anaknya dengan alasan agar menjadi lebih baik." 


Tersisa 1 anak lagi yang Dareen belum ketahui latar belakangnya. 



"Bagaimana dengan Atmadja?"

"Anak itu.. dia sempat kecelakaan, sampai akhirnya matanya buta. Kedua orang tuanya meninggal, hanya ia yang selamat. Ia tinggal bersama pamannya. Walaupun buta, ia sangat terampil dalam hal melukis, lukisannya selalu indah. Tak perlu melihat untuk melukis, cukup merasakannya saja sudah cukup. Karena kecelakaan ini pamannya meninggalkannya disini." 

"Anak yang malang. Dan sepertinya, ia yang paling tua disini ya? Perlakuan dia ke anak-anak yang lain seperti kakak pada adiknya."

"Ya, benar. Dia selalu bertanggung jawab dan selalu khawatir dengan keadaan teman-temannya disini."


"Pertanyaan terakhir, kenapa ruangan ini dinamakan 'Blue Butterfly'?" 

"Blue Butterfly, Blue atau feeling blue yang bermakna perasaan sedih. Penghuni ruangan Blue Butterfly pasti merasa sedih apa yang mereka peroleh karena kekurangannya. Butterfly, kupu-kupu memiliki sayap yang sangat indah, kita sebagai manusia dapat melihat keindahan sayapnya, tetapi kupu-kupu tersebut tidak dapat melihat keindahan sayapnya sendiri. Sama seperti mereka, mereka mempunyai kekurangan seperti yang kita lihat, tapi di satu sisi, mereka juga memiliki kelebihan yang mungkin sudah diketahui atau mungkin belum diketahui oleh dirinya sendiri maupun orang lain."


Dareen tercengang. Ia tak mengira makna dari Blue Butterfly seindah ini. Pemilihan diksi yang indah.


"Bagaimana? Keren kan? Tentu saja karena aku yang memikirkannya."

"Apa mereka tahu makna Blue Butterfly ini?"

"Yap, sebelum aku memberi tahu makna Blue Butterfly, mereka masih terlihat sedih. Tapi setelah aku memberi tahu makna Blue Butterfly yang sebenarnya, senyum mereka mulai tumbuh perlahan-lahan, dan satu persatu dari mereka mulai melakukan apa yang mereka suka dan inginkan."

"Rasanya ikut bahagia ya mendengarnya" Dareen merasa sangat lega.

"Ya! Itu yang aku rasakan juga saat pertamakali!"


"Kak Dareen! Ayo beri Danu soal-soal lagi! Semua sudah ku kerjakan!"

"Baiklah Danu, kakak akan siapkan!"


"Kak Dareen, lihat! Lukisan Atma sudah selesai! Bagus tidak menurut kakak?"

"Sungguh luar biasa, Atma! Kakak percaya kamu pasti bisa menjadi pelukis terkenal!"


"Dareen, anak-anak menyukai sikapmu. Ku harap kau tetap disini sampai mereka sembuh dan menggapai cita-citanya." Batin dokter Gavin melihat Dareen yang dikelilingi penghuni ruangan Blue Butterfly.


"Dareen, aku mau menjemput Rayman sebentar, nanti aku akan kembali lagi." 

"Ah, baiklah." Dokter Gavin berjalan ke luar ruangan


Tak terasa Dareen bermain dengan penghuni ruangan Blue Butterfly, hingga larut ia kerahkan seluruh tenaganya untuk anak-anak dengan kekurangannya yang masih memiliki mimpi besar untuk dicapai.


(Nantikan Part 2 nya.)


☆☆☆

Posting Komentar

 
Top