Namaku Lintang Nareswari Puri, biasa dipanggil puri. Bisa dibilang aku cuman anak SMA biasa, yang baru kelas 11. Jujur aku suka banget sama membaca, bukan pelajaran ya! Kalo itu sih musingin otak. Aku suka baca novel, manga, manhwa, weebton. Karena hal itu aku juga suka sekali menggambar, "woi pendek!" Aku menatap sinis kearah orang, yang memanggil ku seperti itu. "Berisik!" Aku mendengus kesal dan dia justru tertawa, dia menepuk-nepuk kepala ku seolah-olah aku anak kecil. "Pendek banget sih" ucapnya dengan nada mengejek, aku sudah mengepalkan tangan ku untuk menonjok wajahnya. "Sini kau jendra!" Aku berlari mengejarnya sementara dia hanya tertawa puas, Wajendra Argani Abyaz teman sekelas ku yang sudah lama berteman. Aku dan jendra kenal sudah lama sejak dari tk, karena ibu kami dulu adalah sahabatan. Tetapi terkadang mereka menjodohkan kami berdua, yang padahal sudah terasa seperti saudara sendiri.
Aku menatap kesal jendra yang berlindung di kelasnya, karena kami beda kelas sekarang. “awas kau ya!“ itulah tatapan yang kuberikan padanya, dia hanya menjulurkan lidahnya dengan wajah meledak. Bel istirahat berbunyi dan aku masih menulis tugas mtk, dari pada di tunda-tunda kan malas. Aku merasakan seseorang duduk disamping ku, aku langsung mengambil buku ku dan memukul bahunya dengan kencang. Dia meringis sakit sambil nyengir tak berdosa, "dimana kah letak kesalahan ku?"
"Dirumah!" Lalu dia langsung tertawa puas hingga perutnya sakit, aku pun melanjutkan tugasku yang tadi terhenti karena dia. "Kamu imut deh kalo lagi marah-"*plak!* Aku memukulnya lagi dengan buku. "Aww! Salah kah?" Tanya dengan bingung sambil mengelus bahunya. "Iya!" Wajah ku sudah merona memerah, aku pun kembali menatap bukuku.
Aku mendegar kabar bahwa jendra berantem sama kakak kelas, aku menghampirinya sambil menjewer telinga nya. "Pulang!" Dia tampak tak senang tetapi tetap berhenti dan mengikuti apa yang kukatakan, aku mengobati luka nya dengan hati-hati sambil menceramahi nya. "Apa faedah tawuran? Ya mempersulit hidup. Mending sekarang taubat, sebelum aku buat kamu pensiun beneran."
"Yang bener aje? Kagak! Orang kakak kelas nya duluan!"
"Perkara apaan sih emang? Batu amat dibilangin!"
"Dia mau taruhan tapi taruhannya kamu! Ya aku kan gak mau!" Aku terdiam mendengar pernyataannya langsung, aku menghela nafas. "Ya tapi gak usah berantem juga kali, kan jadi babak belur gini."
"Gak papa kalo buat kamu" Ucapnya dengan cauh tak acuh, yang membuat ku sekaligi terdiam.
Hari-hari berikutnya disekolah, yang cukup membosankan. Aku sedang menggambar Jonggun salah satu karakter lookism kesukaan ku, tiba-tiba aku dikejutkan dengan jendra yang duduk disamping ku dengan wajah bete. "Kenapa dah?" Dia tidak menjawab dan hanya membenamkan wajahnya di meja, palingan dia tidur. Aku melirik sekilas wajah nya dan benar saja, dia sudah tidur pulas. Lagi-lagi aku melihat nya dihukum oleh guru untuk berdiri di lapangan, karena tertidur di jam pelajarannya. Aku hanya menggeleng kan kepala ku pelan, gak sekelas malah makin parah untung temen. Aku sedang memakan roti sambil duduk di motor jendra, dia tiba-tiba datang mengigit rotiku dengan gigitan besar. Aku menatap roti ku yang menjadi sisa setengah karena dia, dia hanya mengunyah tak berdosa. Aku mengeluarkan jurus untuk mengejar nya, kejar-kejaran pun terjadi. Aku tak akan berhenti sampai membuat nya terjatuh, atau aku yang tak ingin meneladani nya lagi.
Di perjalanan pulang kami menemukan sesuatu yang menarik. Tetapi kini wajah kami berdua tampak seperti orang dungu, sekaligus bingung dengan tulisan di spanduk. "Itu bahasa cina ya?" Tanya jendra sambil melihat ke spanduk, aku menggeleng kan kepala ku tanda tak tau. Aku dan jendra saling menatap karena nama orang itu yang terlihat aneh serta, kami berdua tertawa dengan suara tertahan. Aku memegangi perut sambil memukul-mukul jendra, dia juga sudah tidak tahan untuk menahan tawa. Aku dibonceng olehnya menuju rumah, dipertengahan jalan kami bertemu dengan seekor anjing. Anjing itu mengejar kami berdua, membuat jendra mengebut.
"Jendra! Pelan-pelan!"
"Gak bisa itu ada anjing dibelakang!"
"Jendra!!" Jendra menjadi tak fokus sehingga motornya oleng ke samping.
"Jendra awas ada kucing!"
"Woi kucing minggir!"
Duar!
Brak!!
Meong!!!
Kami berdua pun terjatuh di semak-semak dengan tidak aesthetic, dan baju kami kotor. Aku meratapi nasibku tetapi jendra justru terlihat baik-baik saja akan hal yang terjadi, sesampainya dirumahku kami berdua dimarahi oleh ibuku.
Hari sabtu jendra mengajak ku pergi untuk makan diluar, aku menyuapi nasi goreng ke mulut nya karena dia yang minta. Lalu aku menyuap untuk diriku sendiri, "kemaren ada yang luka gak?"
"Engga, cuman sakit dikit doang..."
"Yaudah, kalo kenapa-kenapa bilang aja." Aku mengangguk padanya lalu menyuapi dia lagi, aku menatap sekitar ku. "Bukannya itu levi ya?" Tanya ku pada jendra, yang akhirnya dia melihat kearah orang itu. "Lah iya, ngapain dia?" Tanya jendra
"Lagi ama cewenya itu..." Jawab aku
Aku dan jendra bertatapan, kemudian mengangguk mengerti. "Ampe ketauan awas aja..." Ancamku pada jendra, "aman..." Dia pun memotret levi dan pacarnya. Kami berdua pun ber-tos ria lalu tertawa jahat, "liat aja, dia waktu itu foto kita kayak gini juga. Dia harus rasain balasan nya." Ucap ku dengan wajah jahat, "iya..." Jawab jendra dengan senyum jahatnya juga.
Posting Komentar